Melihat Joglo Tani Jogja yang Berdayakan 1.500 Anak Tak Mampu hingga Sarjana
Joglo Tani Yogyakarta memberdayakan lebih dari 1.500 anak tak mampu hingga sarjana. Hasil pemberdayaan dari Joglo Tani nantinya ada yang diekspor ke China dan Timur Tengah.
Penggagas Joglo Tani, To Suprapto mengatakan pihaknya memanfaatkan lahan kosong untuk budidaya dan pemberdayaan sejak tahun 2008. Joglo Tani disahkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Ada sudah 1.500 lebih bahkan mereka sekarang kami kumpulkan juga, mereka yang sudah menjadi dosen, sudah menjadi eksportir itu ada semua di sini," kata To Suprapto di Joglo Tani Dusun Mandungan, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (17/1/2025).
To mengatakan anak yang disekolahkan hingga sarjana pertanian berasal dari keluarga tak mampu. Mereka tersebar dari berbagai daerah.
"Pertama harus anak miskin, mereka memang anak anak tidak mampu. Mereka harusnya diberikan kesempatan untuk belajar tetapi dengan difasilitasi, mereka harus anak miskin," ujarnya.
Dia mengatakan Joglo Tani didirikan untuk mencapai ketahanan pangan dengan menciptakan masyarakat mandiri. Joglo Tani juga sudah didirikan di Jawa Barat hingga Kalimantan.
"Yang dilakukan oleh Joglo Tani adalah bagaimana mengatasi tentang ketahanan pangan menjadi mandiri pangan, maka kita mempunyai konsep tanam apa yang kita makan, makan apa yang kita tanam baik itu akar, batang, daun, bunga, buah-bahkan ada ikan, unggas dan ternak besar," ujarnya.
Joglo Tani membudidayakan tanaman dari akar, daun, batang, buah, itik, ayam, hingga ikan. Joglo Tani juga mengekspor hasil buah seperti kelengkeng, alpukat hingga manggis ke China dan Timur Tengah.
"Yang akar ada singkong, kacang tanah, ada bawang merah, ada laos, kunir, ada semua, ada kencur. Yang batang ada tebu, ada bambu, ada jati. Yang daun ada bayam, ada selada, ada banyak sekali. Kalau buah ada jambu, kelengkeng, sawo, mangga, alpukat, durian, belimbing, kelapa," kata To Suprapto.
"Itu ada buah naga, kelengkeng, ada alpukat, terus ada manggis. Itu kita baru ke China sama ke Timur Tengah," tambahnya.
Selain itu, To mengaku senang jika model pemberdayaan Joglo Tani diadopsi oleh Kementerian Sosial (Kemensos) dalam konsep Sekolah Rakyat. Menurutnya, Joglo Tani memberikan hasil nyata dari sebuah budidaya tanaman hingga unggas yang bermanfaat bagi petani.
"Saya akan bahagia karena sejak dulu kami sejak Bu Mega, Pak SBY, Pak Jokowi dua periode, tapi juga apa? usulan kami, masukan kami yang selalu saya sampaikan dengan konsep gerbang kampung raja mapan, gerbang adalah gerakan pembangunan, kampung adalah kawasan masyarakat pertanian unggulan, raja adalah rakyat sejahtera, mapan, mandiri pangan tapi nggak pernah direalisasikan," tuturnya.
Lebih lanjut, To mengaku optimistis Joglo Tani dapat membantu pencapaian target swasembadaya pangan. Dia mengatakan orang tua anak tak mampu yang nantinya akan difasilitasi dalam Sekolah Rakyat juga harus diberikan program oleh Kemensos.
"Tetapi jangan hanya mengurusi anaknya, pada saat anaknya sudah diurusi nah orang tuanya yang mereka sufah sekolah, orang tuanya juga harus ada program, PKH-nya jangan diberi semua mestinya juga harus ada program oleh Kemensos, mereka juga ada program untuk orang tuanya bagaimana berdaya supaya mereka tidak menjadi penerima saja," tambahnya.