Menanti Sikap Qatar, Bela Hamas atau Patuhi AS?
Perundingan gencatan senjata Jalur Gaza masih alot. Kantor berita Reuters dan Al Arabiya memberitakan Amerika Serikat (AS) meminta Qatar untuk mengusir Hamas dari wilayah Qatar lantaran Hamas menolak proposal AS.
"Setelah berulang kali menolak proposal pembebasan sandera, para pemimpin kelompok itu (Hamas-red) seharusnya tidak lagi diterima di ibu kota dari mitra Amerika mana pun," tegas pejabat senior AS ini dalam pernyataannya pada Jumat (8/11).
Sedikit mundur ke belakang, sebagaimana dilansir AFP pada 1 November lalu, Hamas menolak proposal gencatan senjata dari Mesir dan Qatar karena sifat gencatan senjata itu hanya pendek dan tidak permanen, juga tidak mencakup penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza. Pemimpin senior Hamas, Taher al-Nunu memperingatkan pada 31 Oktober bahwa pihaknya akan menolak apapun penghentian yang sifatnya sementara.
Hamas memiliki kantor biro politik di Doha, Qatar, negara kecil di Teluk Arab. Adapun Qatar sendiri bertindak sebagai mediator dalam pembahasan gencatan senjata ini. Selain Qatar, AS dan Mesir juga memainkan peranan penting dalam perundingan.
Dilansir Reuters dan Al Arabiya, Sabtu (9/11), Perundingan terbaru yang digelar pada pertengahan Oktober lalu kembali gagal menghasilkan kesepakatan, dengan Hamas menolak proposal yang mengatur soal gencatan senjata jangka pendek tersebut.
Seorang pejabat senior pemerintahan AS, yang enggan disebut namanya, mengatakan bahwa otoritas AS telah mengatakan kepada Qatar jika kehadiran Hamas di Doha tidak lagi dapat diterima usai penolakan terus diberikan kelompok tersebut.
"Kami sudah memperjelas hal tersebut kepada Qatar menyusul penolakan Hamas beberapa minggu lalu terhadap proposal pembebasan sandera lainnya," ucapnya.
Menurut pejabat senior AS tersebut, otoritas Qatar telah mengajukan tuntutan itu kepada para pemimpin Hamas sekitar 10 hari lalu.
Disebutkan juga oleh pejabat senior AS tersebut bahwa Washington telah berkomunikasi dengan Doha untuk membahas penutupan kantor politik Hamas di wilayahnya, dan mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat.
Simak Video Bantu Hadapi Agresi Brutal Israel, Qatar Kirim Bantuan ke Lebanon
[Gambas Video 20detik]
Halaman selanjutnya, tiga pejabat Hamas membantah mereka diusir Qatar
Dalam pernyataan terpisah, tiga pejabat Hamas membantah informasi yang menyebut otoritas Qatar telah memberitahu para pemimpin kelompoknya bahwa mereka tidak lagi diterima di negara tersebut.
Perdana Menteri (PM) Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani telah berulang kali mengatakan, selama tahun terakhir, bahwa kantor Hamas yang ada di Doha memungkinkan negosiasi dilakukan dengan kelompok yang berbasis di Jalur Gaza tersebut.
Selama saluran tersebut masih berguna, menurut Al Thani, Qatar akan mengizinkan kantor Hamas di Doha untuk tetap beroperasi.
Tidak diketahui ada berapa banyak pejabat Hamas yang tinggal di Doha, namun mereka mencakup sejumlah pemimpin yang disebut-sebut akan menjadi pengganti mendiang Yahya Sinwar yang tewas di tangan pasukan Israel di Jalur Gaza bulan lalu.
Lantas, apakah Qatar akan tetap membela Hamas atau mematuhi AS untuk mengusir Hamas? Kita nantikan perkembangan selanjutnya.
Simak Video Bantu Hadapi Agresi Brutal Israel, Qatar Kirim Bantuan ke Lebanon
[Gambas Video 20detik]