Menbud Dorong Aceh Jadi Soft Power untuk Bangun Identitas Nasional
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyampaikan pandangannya tentang pentingnya mengangkat kebudayaan sebagai kekuatan lunak (soft power) dalam upaya membangun identitas nasional. Dia menyoroti potensi besar Aceh sebagai pusat peradaban Islam dan kekayaan budaya nasional.
"Kebudayaan Aceh ini adalah soft power yang luar biasa. Sebagai bangsa, kita perlu memanfaatkan ini untuk membangun identitas nasional yang kuat," ujar Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Jumat (17/1/2025).
Hal itu dia sampaikan dalam dialog kuliah umum di Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Banda Aceh, Aceh, Senin (13/1).
Fadli Zon mengapresiasi kekayaan budaya Aceh yang dinilai menjadi pintu masuk peradaban Islam yang besar di Indonesia. Dari artefak bersejarah hingga warisan budaya takbenda seperti Tari Saman yang telah diakui UNESCO, kata dia, Aceh memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pusat kebudayaan Islam.
Dalam dialog tersebut, Fadli juga mengkritik mindset yang masih sering mengesampingkan budaya sebagai aset utama bangsa. Ia menekankan budaya harus dilihat sebagai national treasure yang sejajar dengan sumber daya alam lainnya seperti batu bara dan minyak bumi.
"Banyak negara seperti Korea Selatan dan Jepang telah memanfaatkan budaya sebagai soft power, dari K-Pop hingga pop culture Jepang. Indonesia, dengan mega diversity budayanya, juga harus mampu mengolah kekayaan ini untuk berkontribusi di panggung global," jelasnya.
Lebih lanjut dia mendorong kolaborasi lintas sektor dalam menjaga dan memajukan kebudayaan, termasuk pemerintah, akademisi, dan komunitas budaya. Ia juga mengajak ISBI Aceh untuk menjadi motor penggerak bagi upaya ini, termasuk melalui program-program inovatif seperti festival film Aceh.
"Film adalah medium yang sangat efektif untuk memperkenalkan budaya. Kita perlu memanfaatkan media ini untuk menyebarkan narasi kebudayaan Aceh secara global," tambahnya.
Selain itu, Fadli menyoroti pentingnya pelestarian warisan budaya, baik yang bersifat tangible maupun intangible. Menurutnya banyak bahasa dan tradisi lokal yang terancam punah jika tidak segera dilindungi.
"Kita memiliki sekitar 718 bahasa daerah dan 1.300 kelompok etnis. Setiap elemen ini adalah bagian dari identitas kita yang harus dirawat dan dikembangkan," tegasnya.
Dalam sesi tanya jawab, Fadli menyampaikan Aceh membutuhkan fasilitas seperti bioskop untuk mendukung ekspresi budaya yang lebih luas. Menurutnya, bioskop dapat menjadi medium penting untuk memperkenalkan dan mempromosikan karya seni lokal.
"Di banyak negara Islam seperti Qatar dan UEA, bioskop menjadi ruang budaya yang maju. Aceh juga perlu memiliki medium ini untuk menampilkan kekayaan budayanya," imbuhnya.
Fadli Zon pun menegaskan Kementerian Kebudayaan akan terus mendukung upaya pelestarian dan pengembangan budaya Aceh melalui berbagai program kerja sama, dengan melibatkan komunitas lokal dan perguruan tinggi.
"Marilah kita bersama-sama mengangkat budaya Aceh sebagai salah satu kebanggaan nasional dan menjadikannya kekuatan di kancah dunia," pungkasnya.
Dengan visi besar ini, Fadli Zon berharap Aceh tidak hanya menjadi pusat budaya nasional tetapi juga menjadi inspirasi global dalam memanfaatkan soft power untuk membangun identitas bangsa.
Simak juga Video ‘Menbud Bicara soal Batasan Kritik di Pameran Seni dan Budaya’
[Gambas Video 20detik]