Menbud Sebut Taman Arkeologi Leang-Leang Setara Colosseum di Roma

Menbud Sebut Taman Arkeologi Leang-Leang Setara Colosseum di Roma

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon meresmikan Taman Arkeologi Leang-Leang dan Pusat Informasi Gambar Prasejarah di kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Peresmian ini menjadi langkah strategis dalam melestarikan warisan budaya Nusantara, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pusat peradaban tertua di dunia.

Dalam sambutannya, Fadli Zon menyoroti nilai sejarah dan budaya Leang-Leang yang menyimpan bukti kreativitas manusia purba. Lukisan gua di kawasan ini diperkirakan berusia antara 35.000 hingga 51.200 tahun.

"Lukisan ini bukan sekadar gambar biasa. Mereka mencerminkan imajinasi, kreativitas, dan evolusi budaya manusia purba. Kawasan ini mengingatkan dunia bahwa Nusantara adalah laboratorium alami bagi evolusi manusia," ujar Fadli dalam keterangan tertulis, Rabu (15/1/2025).

Diketahui, Leang-Leang pertama kali ditemukan pada 1905 oleh naturalis Swiss, Fritz dan Paul Sarasin, dan terus menjadi objek penelitian hingga kini. Penemuan lukisan cap tangan berusia 39.500 tahun di Leang Pettakere dan narasi visual tertua berumur 51.200 tahun di Leang Karampuang, menjadi bukti penting perkembangan manusia purba di Nusantara.

"Penemuan di Leang-Leang mengguncang teori ‘Out of Africa’, menunjukkan bahwa manusia purba di Nusantara mencapai kemajuan budaya yang luar biasa. Ini membuktikan bahwa peradaban besar juga lahir dan berkembang di sini," tegas Fadli.

Fadli Zon juga menekankan pentingnya pengakuan UNESCO terhadap kawasan karst Maros-Pangkep sebagai situs warisan dunia. Dia pun menyandingkan nilai universal pada Leang-Leang yang dinilai setara dengan situs bersejarah dunia seperti Pompeii di Italia, Petra di Yordania, dan Colosseum di Roma.

"Pengakuan ini akan memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional sebagai rumah bagi peradaban awal manusia," jelasnya.

Pada kesempatan tersebut juga dilakukan dialog dengan komunitas lokal, akademisi, dan pemangku kepentingan untuk membahas pelestarian berbasis komunitas. Fadli menekankan masyarakat lokal adalah garda terdepan dalam menjaga situs-situs berharga ini.

Sebagai bagian dari pengembangan kawasan ini, Taman Arkeologi Leang-Leang dilengkapi dengan fasilitas edukasi modern seperti Pusat Informasi Gambar Prasejarah. Fasilitas ini dirancang untuk memberikan pengalaman interaktif kepada pengunjung, menghubungkan ilmu pengetahuan dengan masyarakat luas.

"Kita tidak hanya melestarikan sejarah, tetapi juga menjadikan warisan ini sebagai jembatan masa depan. Taman ini harus menjadi destinasi wisata budaya unggulan yang memperkenalkan kebesaran peradaban Nusantara ke dunia," tambah Fadli.

Fadli menegaskan peresmian Taman Arkeologi Leang-Leang merupakan simbol komitmen Indonesia dalam menjaga narasi sejarah dunia. Melalui pelestarian yang bijak dan pemanfaatan berkelanjutan, kata dia, Leang-Leang menjadi pengingat bahwa Nusantara adalah pusat kebudayaan dan kreativitas manusia sejak ribuan tahun lalu.

"Leang-Leang adalah simbol kebesaran peradaban Indonesia. Melalui pelestarian yang melibatkan masyarakat lokal, kita memastikan bahwa warisan ini akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang," tutup Fadli Zon.

Simak juga Video ‘Menbud Bicara soal Batasan Kritik di Pameran Seni dan Budaya’

[Gambas Video 20detik]

Sumber