Mendagri Minta Pemda Dorong Masyarakat Tak Bergantung ke Beras
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta pemerintah daerah untuk mendorong masyarakat agar tidak hanya bergantung pada beras sebagai sumber pangan utama.
Hal ini sejalan dengan program keragaman pangan yang diluncurkan oleh pemerintah, yang bertujuan untuk mengembangkan variasi bahan pangan di masyarakat.
Tito menyatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya pangan lokal.
Sebagai langkah konkret, Prabowo juga telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal.
"Saya akan membuatkan Instruksi Mendagri mengenai bagaimana bentuk organisasinya dan langkah-langkah apa yang bisa menjadi panduan untuk dilaksanakan oleh daerah, dalam rangka mendorong optimalisasi diversifikasi pangan, termasuk sosialisasi kepada masyarakat,” ujar Tito, dalam keterangan resminya, pada Senin (6/1/2025).
Selain menerbitkan regulasi, Tito mengatakan, pemerintah akan membentuk tim di tingkat pusat dan daerah untuk mendukung gerakan keberagaman pangan hingga ke tingkat desa.
Dia meyakini bahwa dengan memiliki sumber daya pangan yang beragam, permintaan terhadap beras akan menurun, dan beras dapat menjadi tambahan suplai untuk ekspor.
"Kalau digalakkan gerakan tanam di tiap daerah, seperti arahan Bapak Presiden pada saat memimpin Rakor (melalui) Zoom meeting akhir tahun lalu, gerakan tanam setiap daerah, setiap desa, sebetulnya bisa diatasi,” kata Tito.
Mantan Kapolri ini menegaskan bahwa program keberagaman pangan memiliki potensi besar untuk memberikan keuntungan jika berhasil diimplementasikan.
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, tanah subur, dan iklim yang mendukung pertanian.
Potensi itu harus dimaksimalkan, salah satunya dengan mewujudkan sumber pangan yang beragam.
"Kita sangat berlimpah sekali sebenarnya pangan lokal, ada jagung, ada sagu, ada sukun, ada ubi jalar, ada singkong, ada sorgum, ada talas atau keladi, dan lain-lain,” pungkas Tito.