Mengapa Iran dan Israel Bermusuhan?
IRAN dan Israel berubah dari sekutu menjadi musuh, terutama setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979. Iran setelah Revolusi Islam mengatakan ingin menghapus Israel dari peta dan mengancam akan melenyapkan negara itu. Israel, pada gilirannya, menganggap Iran sebagai musuh terbesarnya.
Selama bertahun-tahun, mereka hanya terlibat perang proksi – saling menyerang aset masing-masing tanpa mengakui bertanggung jawab. Tidak ada perang terbuka. Sejak pecah perang Gaza setelah serangan kelompok Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, Israel meningkatkan serangan terhadap kelompok proksi-proksi Iran di Lebanon dan Suriah.
Salah satu serangan Israel semacam itu terjadi pada 1 April 2024, saat gedung konsulat Iran di ibu kota Suriah, Damaskus, diserang. Serangan itu menewaskan sedikitnya 13 orang, termasuk tujuh pejabat tinggi Garda Revolusi Iran. Iran menuding Israel pelaku serangan, walau Israel tidak mengakui tetapi tidak juga membantahnya.
Iran lalu melakukan pembalasan terbuka terhadap Israel, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Negara itu meluncurkan sekitar 300 drone dan rudal pada 14 April ke wilayah Israel. Israel membalas serangan itu dengan menembakan rudal ke pangkalan militer Iran di kota Isfahan pada 19 April.
Israel kemudian membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada 27 September lalu. Kelompok yang berbasis di Lebanon selatan itu merupakan proksi Iran. Pembunuhan Nasrallah membuat Iran berang. Sebagai balasan atas kemarian Nasrallah, Iran melancarkan serangan dengan sekitar 200 rudal balistik ke wilayah Israel pada 1 Oktober.
Pada Sabtu (26/10/2024) lalu, Israel membalas serangan itu dengan mengerahkan 100 pesawat tempur untuk mengebom sejumlah pangkalan militer Iran. Untuk sementara saling serarang secara terbuka antara mereka sampai di situ.
Namun hubungan Iran dan Israel tidak selalu tegang. Hubungan mereka tepatnya mengalami pasang surut.
Israel dan Iran merupakan sekutu hingga Revolusi Islam Iran tahun 1979. Faktanya, Iran menjadi salah satu negara pertama yang mengakui eksistensi Israel setelah didirikan tahun 1948.
Israel menganggap Iran sebagai sekutu saat melawan negara-negara Arab. Sementara itu, Iran menyambut baik Israel yang didukung AS sebagai penyeimbang terhadap negara-negara Arab di kawasan Timur Tengah.
AFP/JACK GUEZ Mobil yang hancur terkena serangan roket Hizbullah dari Lebanon di Kiryat Ata, distrik Haifa, Israel, Sabtu (19/10/2024).
Saat mereka bersekutu, Israel melatih para ahli pertanian Iran, memberikan pengetahuan teknis dan membantu membangun dan melatih angkatan bersenjata Iran. Shah Iran membayar Israel dengan minyak, karena perekonomian Isrel yang sedang berkembang membutuhkan bahan bakar.
Tidak hanya itu. Iran menjadi rumah bagi komunitas Yahudi terbesar kedua di luar Israel. Namun, setelah Revolusi Islam, banyak orang Yahudi meninggalkan negara tersebut. Walau demikian, saat ini lebih dari 20.000 orang Yahudi masih tinggal di Iran.
Revolusi Islam Iran membawa Ayatollah Ruhollah Khomeini dan kaum revolusioner religiusnya ke tampuk kekuasaan. Salah satu ideologi utama rezim baru itu adalah menentang Israel. Iran pasca Revolusi Islam tidak lagi mengakui eksistensi Israel dan berupaya melenyapkannya.
Iran kemudian membatalkan semua kesepakan sebelumnya dengan Israel. Khomeini melontarkan kritik tajam terhadap Israel atas pendudukan Israel di wilayah Palestina.
DW melaporkan, secara bertahap, Iran mengadopsi retorika yang semakin keras terhadap Israel dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara Arab di kawasan, atau setidaknya dari warganya sendiri. Rezim Iran sangat ingin memperluas pengaruh di kawasan Timur Tengah.
Ketika Israel mengirim pasukan ke Lebanon selatan tahun 1982 untuk mengintervensi perang saudara di negara itu, Khomeini mengirim Garda Revolusi Iran ke ibu kota Lebanon, Beirut, untuk mendukung milisi Syiah setempat yang dikenal dengan nama Hizbullah. Milisi Hizbullah, yang tumbuh dari dukungan Iran itu, saat ini dianggap sebagai proksi langsung Iran di Lebanon.
Pemimpin Iran saat ini, Ayatollah Ali Khamenei, yang memegang keputusan akhir dalam segala hal, tetap bersikap antagonis terhadap Israel seperti para pendahulunya. Khamenei dan seluruh pemimpin Iran juga berulang kali mempertanyakan dan menyangkal Holocaust.
Ali Khamenei menyebut Israel sebagai “tumor kanker” yang “pasti akan dicabut dan dihancurkan”.
Sementara itu Israel menganggap Iran sebagai ancaman nyata sebagaimana dibuktikan oleh retorika Teheran, pembentukan kekuatan proksi di kawasan termasuk kelompok Hizbullah yang bersumpah untuk menghancurkan Israel, dan pemberian dana serta senjata terhadap kelompok-kelompok Palestina termasuk Hamas.
Israel juga menuduh Iran secara diam-diam mencoba mengembangkan senjata nuklir, meskipun Iran membantah berupaya membuat bom nuklir.