Mengintip Bayi-bayi Telantar di Surabaya...

Mengintip Bayi-bayi Telantar di Surabaya...

SIDOARJO, KOMPAS.com - Rasa haru muncul saat menginjakkan kaki di depan pintu UPT Perlindungan dan Pelayanan Sosial Asuhan Balita (PSAB) Sidoarjo, Jawa Timur. 

Tempat ini adalah rumah bagi bayi-bayi yang kehilangan tempat berpulang, bayi yang diberi kesempatan hidup dan tumbuh.

Saat memasuki ruangan bercat hijau, puluhan tempat tidur bayi yang terbuat dari kayu berjajar rapi.

Tempat tidur dengan lebar sekitar 70 centimeter itu seakan menjadi singgasana ternyaman bagi bayi-bayi mungil yang berusia antara dua bulan hingga 3 tahun itu tertidur. 

Dari dalam tempat tidur itu, tangis mereka terdengar ramai, seakan ada nyanyian kecil yang menyambut siapa saja yang datang.

Tangisan bayi-bayi ini merupakan tanda mereka sedang merasa lapar, mengantuk, atau sekadar ingin diperhatikan.

Mereka tidak tahu banyak tentang dunia di luar sana, dunia yang belum memberi mereka kasih sayang sebagaimana mereka pantas menerimanya.

Ada bayi-bayi yang masih belum tahu apa itu pelukan hangat, namun mereka tetap meracau ceria di atas kasur, membalikkan tubuh mungilnya sambil tersenyum pada siapa saja yang mendekat.

Ketika kita menatap mata mereka, ada pancaran harapan yang begitu kuat. 

Mata-mata kecil itu belum mengerti tentang kehilangan, tentang duka, atau mengapa mereka di sini tanpa orangtua.

Mereka hanya tahu bagaimana menjadi bayi, tertawa, menangis, dan memeluk siapapun yang mendekati mereka dengan tangan terbuka.

Di sudut lain bangunan, suasananya lebih sunyi.

Di ruang perawatan khusus berukuran 2x3 meter, lima bayi dengan kondisi berkebutuhan khusus, terbaring.

Beberapa harus hidup dengan selang oksigen yang membantu napas mereka.

Di sini, keheningan terasa lebih dalam, mengingatkan bahwa tak semua perjalanan hidup bayi ini dimulai dengan mudah.

Namun di balik sunyi itu, ada rasa haru yang menyusup. Setiap nafas mereka adalah bukti kekuatan dan ketahanan yang luar biasa di tubuh-tubuh mungil ini.

Para pengasuh di PPSAB pun menjadi penyelamat mereka. Tak hanya sekadar memberi makan dan mengganti popok, mereka hadir sebagai tangan-tangan lembut yang menyelimuti bayi-bayi ini dengan kasih sayang tanpa pamrih.

Setiap hari, mereka mengganti popok, membuatkan susu, menggendong bayi-bayi ini seolah-olah mereka adalah darah daging sendiri.

Bagi para pengasuh, melihat senyum kecil yang merekah atau suara tawa bayi adalah kebahagiaan yang tak tergantikan.

"Kami di sini bukan sekadar bekerja. Kami berusaha menjadi keluarga bagi mereka," ungkap salah satu pengasuh yang enggan disebutkan namanya saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (9/11/2024).

Kepala Dinas Sosial Jawa Timur Restu Novi Widiani menceritakan bagaimana upaya mereka untuk memastikan setiap bayi ini mendapatkan keluarga yang tepat.

Proses adopsi tak bisa sembarangan, hanya keluarga yang memenuhi syarat tertentu yang diizinkan. 

Mereka harus sudah menikah minimal 5 tahun, stabil secara ekonomi, dan memiliki cinta yang tulus untuk menyambut bayi ini ke dalam keluarga mereka.

"Kita carikan adoptan yang bertanggung jawab, tentunya proses ini sangat panjang dan kita pastikan mereka mendapat orangtya yang sanggup memberikan kasih sayang seperti orangtua aslinya," ucap Restu.

Namun, bagi anak-anak berkebutuhan khusus, perjalanan mereka mungkin akan terus berada di bawah naungan negara.

Ada sekitar 12 anak dengan kondisi khusus yang diperkirakan sulit untuk diadopsi, namun tetap dirawat dengan kasih sayang oleh PPSAB.

"Maaf, untuk anak berkebutuhan khusus memang mungkin tidak akan ada yang adopsi, sehingga dia menjadi tanggungan negara dan kita harus siap sampai akhir hayatnya," ujar dia.

Beberapa anak di PPSAB beruntung menemukan keluarga baru bahkan setelah melewati masa bayi.

Ketika mereka mencapai usia 5 tahun dan belum ada yang mengadopsi, mereka akan dipindahkan ke Panti Sosial Anak di bawah naungan Pemprov Jawa Timur, di mana mereka melanjutkan pendidikan hingga lulus SMA.

Di PPSAB Sidoarjo, setiap dinding seakan menyimpan cerita tentang cinta dan harapan.

Mereka yang bekerja di sana bukan hanya menyediakan makanan atau tempat tidur, tetapi juga kehangatan dan keamanan bagi anak-anak yang membutuhkan. 

Setiap bayi di sini memiliki kesempatan untuk merasakan cinta, entah itu dari pengasuh yang lembut atau dari keluarga baru yang penuh harapan.

Di luar pintu, dunia mungkin keras dan penuh tantangan.

Namun di balik pintu PPSAB ini, ada pelukan hangat, ada tawa kecil yang tulus, dan ada tangan-tangan yang siap mengangkat bayi-bayi ini menuju masa depan yang lebih cerah.

Mereka mungkin terlupakan oleh dunia, namun di tempat ini, mereka adalah anak-anak yang dirawat, dicintai, dan diharapkan.

Sumber