Menilik Griya Welas Asih, Rumah Aman untuk Korban Kekerasan Seksual di Kota Semarang
SEMARANG, KOMPAS.com - Kasus kekerasan seksual masih menjadi salah satu isu yang perlu diperhatikan.
Bahkan, menurut Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ke-2 dengan angka tertinggi kasus kekerasasan seksual se-Indonesia.
Banyaknya kasus tersebut ternyata menarik perhatian Rosalia Amaya (57).
Sejak 2018 lalu, Rosa, sapaan akrabnya, bersama kawannya mendirikan rumah aman bagi korban kekerasan seksual.
Rumah singgah tersebut bernama "Griya Welas Asih".
Rosa menyebutkan, berawal dari rasa iba dan ingin menolong orang, dirinya akhirnya berani mendirikan yayasan sosial. Terkhusus bagi perempuan-perempuan yang hamil di luar nikah maupun korban kekerasan seksual.
Dengan dana pribadi yang sangat terbatas, pertama kali rumah singgah Griya Welas Asih didirikan di kawasan Miroto, Kota Semarang.
"Waktu itu kita sedang menolong orang, dia adalah remaja lagi hamil yang belum menikah, dengan faktor ekonomi yang sangat minim. Karena di Semarang dulu belum ada rumah penampungan seperti itu, saya dan teman saya memulai di tahun 2018," ucap Rosa saat ditemui Kompas.com, Selasa (12/11/2024).
Lebih jelas Rosa mengatakan, hingga saat ini, terhitung ada sekitar 81 perempuan hamil di luar nikah yang pernah singgah di Griya Welas Asih yang saat ini berpindah di Jalan Bukit Bromo, Nomor 30, Ngesrep, Banyumanik, Kota Semarang.
Usianya pun cenderung di bawah umur, yaitu mulai dari remaja usia 12 hingga 19 tahunan.
"Karena visi kita adalah mempunyai tempat yang nyaman untuk mereka, perempuan hamil di luar nikah. Kebanyakan masih pada sekolah, anak SMP, SMA. Setelah mereka hamil dan melahirkan, mereka bisa melanjutkan hidup kembali dengan lebih nyaman," tutur pendiri Griya Welas Asih itu.
Rosa menyebutkan, media sosial menjadi salah satu faktor terbesar yang menjerumuskan puluhan remaja itu.
Akibatnya, mereka dapat melakukan hal yang tidak sewajarnya, hingga terjerat pergaulan bebas di luar pengawasan orang tua mereka.
"Ada yang dari korban TikTok, ada dari dari Facebook, ada yang sama pacarnya, karena sering melihat konten dari aplikasi-aplikasi. Saya sangat menyayangkan, pengaruh media sosial jadi sangat berbahaya," tutur Rosa.
Saat ini Griya Welas Asih menjadi bagian dari Yayasan Bakti Agape yang bernaung di bawah layanan Gereja Kristen Alfa Omega.
Meski demikian, Rosa tidak pernah pilih-pilih dalam menampung perempuan yang membutuhkan pertolongan.
Justru, 80 persen perempuan yang pernah singgah berasal dari kaum muslim.
"Kita tulus menolong, tanpa membedakan siapapun dari agama, suku, dan ras manapun," ucap dia.
Tak heran, jika Griya Welas Asih kerap didatangi orang dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai Semarang, Kendal, Demak, Yogyakarta, Nusa Tenggara, dan masih banyak lagi.
"Macem-macem, kemungkinan nanti ada yang mau datang lagi dari Brebes," ucap Rosa.
Bukan tanpa alasan Rosa mendirikan rumah singgah "Griya Welas Asih", dirinya ingin membantu remaja yang hamil di luar nikah agar dapat menjalani hidup penuh harapan dan tidak terpuruk lagi.
Sehingga, selama singgah di Griya Welas Asih, Rosa juga mengajari mereka untuk menjadi anak yang lebih baik. Mulai dari belajar memasak, mencuci baju, beibadah, hingga memberikan dukungan semangat.
"Kehidupan ini masih panjang, dan masa depan mereka masih bisa diperbaiki. Saya kadang terharu kalau dapat kabar dari mereka yang dulu pernah di sini, sekarang sudah kuliah, sudah menikah, senang rasanya," ucap Rosa.
Dengan demikian, Rosa berharap agar pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dapat dikenalkan dan digaungkan di bangku pendidikan sekolah.
Selain itu, Rosa juga berharap agar pemerintah setempat dapat lebih berkontribusi lebih dalam menangani kasus kehamilan dini maupun kekerasan seksual.
"Paling tidak Dinas Sosial bisa membantu kita, entah itu dalam bentuk donasi atau apapun, supaya kita bisa menolong lebih banyak orang. Karena banyak juga yang bisa ditolong," pungkas Rosa.