Menilik Jejak Peradaban Kuno di Bekas Gudang Opium Demak, Sisa Sejarah yang Tak Diminati

Menilik Jejak Peradaban Kuno di Bekas Gudang Opium Demak, Sisa Sejarah yang Tak Diminati

DEMAK, KOMPAS.com - Bekas gudang opium peninggalan Belanda di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng) seolah menjadi kuburan sunyi peradaban masa lalu di tengah kota.

Benda-benda cagar budaya ini tersimpan rapi di seperempat ruang dari total luas bangunan 40 x 10 meter yang dinamai Museum Glagah Wangi.

Sisa bangunan lainnya dimanfaatkan sebagai Kantor Dinas Pariwisata.

Isi museum menyiratkan adanya peradaban dan kepercayaan lain di zaman itu, selain kerajaan Islam pertama di tanah Jawa seperti yang dikenal banyak orang.

Di antaranya, Arca Maha Dewa, Batu Patung Mergis, Patung Setengah Badan, dan gerabah bekal kubur.

Serta koleksi unggulan lainnya, yakni watu umpak yang diduga sisa Kerajaan Demak, fosil-fosil laut, pecahan piring Arya Penangsang, dan benda-benda cagar budaya lainnya.

Beberapa dalam kondisi baik, sementara sebagian lainnya tak utuh lagi atau dalam kondisi rusak.

Museum Glagah Wangi berdiri sejak 2007 dengan surat keputusan (SK) Bupati Demak Nomor 556/83/2007.

Namun sayang, museum umum yang terletak di Jalan Sultan Fatah atau berjarak 100 meter dari Alun-alun Demak itu kurang dikenal dan diminati masyarakat.

Berbanding terbalik dengan Museum Masjid Agung Demak yang cukup tersohor, di dalamnya banyak menyimpan sisa-sisa peradaban Islam Demak dan banyak dikunjungi wisatawan.

Pelaksana Perawatan Museum Glagah Wangi Demak, Muh Sudadi, semringah ketika Kompas.com berkunjung ke tempat kerjanya, Jumat (17/1/2025).

Kedatangan kami menjadi orang ke-12 dalam catatan buku tamu di tahun ini.

Bibirnya mengembang ramah, seolah memecah hening di hari-hari yang menjenuhkan tanpa teman bicara.

"Ya beginilah suasananya, ada yang datang syukur, tidak ya bagaimana lagi," kata Sudadi sembari terkekeh, Jumat.

Sepanjang tahun 2024, Museum Glagah Wangi hanya mencatatkan seribuan pengunjung yang mayoritasnya adalah anak didik yang mendapat tugas kuliah dari guru.

Namun apabila dikalkulasi dengan program museum keliling, bisa mencapai 5.619 orang pengunjung dalam setahun.

"Ada sekitar 5.619 itu termasuk museum keliling, khusus ini sekitar seribuan lah," ungkapnya.

Sudadi enggan berspekulasi lebih jauh soal minimnya pengunjung, namun ia menegaskan bahwa Glagah Wangi merupakan museum umum dan memiliki banyak koleksi benda cagar budaya.

Ia juga menyayangkan keberadaan museum yang kurang dikenal oleh masyarakat.

"Kurang tahu mungkin tempatnya, kurang mengenal, padahal ini museum umum sebenarnya, isinya bermacam-macam dari zaman Hindu-Buddha," tegasnya.

Muhammad Fahmi (27), salah satu warga Kecamatan Demak, menyatakan ketidaktahuannya apabila terdapat Museum Glagah Wangi.

"Tidak tahu, tahunya ya Museum Masjid Agung samping masjid itu," ujar Fahmi.

Sementara itu, Kholis (23), warga asal Kecamatan Karangtengah, mengaku pernah mendengar tentang Museum Glagah Wangi, tetapi tidak lengkap.

"Pernah dengar ada dari teman, tapi tidak tahu lokasinya di mana, katanya dekat alun-alun atau apa gitu," katanya.

Sumber