Menjadi Pahlawan Lewat Cara-cara Sederhana
There’s a heroIf you look inside your heartYou don’t have to be afraidOf what you are
POTONGAN lagu lawas Mariah Carey ini mungkin bisa sedikit menenangkan hati generasi muda yang sepertinya kesulitan menggali konsep kepahlawanan saat ini.
Dalam tradisi ksatria di masa lampau, hidup adalah perjuangan untuk meninggalkan legasi kenangan patriotik di tengah masyarakat.
Contohnya dalam tradisi bangsa Viking, mimpi seorang ksatria adalah agar namanya dinyanyikan dalam lagu-lagu dan syair-syair dan kisah tentangnya dibicarakan di mana-mana.
Saya yakin anak muda hari ini juga memiliki keinginan yang sama.
Apabila kita melihat pada aturan pemberian gelar kepahlawanan nasional, meskipun bukan satu-satunya, keterlibatan dalam perjuangan kemerdekaan melawan penjajah menjadi faktor terpenting seseorang bisa mendapatkan gelar kepahlawanan.
Masalahnya, perang telah berlalu, dan pintu kesempatan menjadi pahlawan seakan sudah tertutup. Tidak ada lagi kesempatan berada pada momentum heroik seperti yang dilakukan bung Tomo dengan orasinya, atau bung Karno dengan proklamasinya.
Sulitnya mendapat momen heroik perjuangan juga karena kondisi dunia berjalan secara volatile dengan adanya perubahan terus menerus, mendadak dan dinamis.
Lebih jauh, keadaan sosial hari ini sepertinya sulit untuk anak muda membangun, meminjam istilah Gramsci, historical bloc atau blok historis.
Salah satu momentum blok historis di Tanah Air paska-perjuangan melawan penjajah adalah peristiwa 98 saat mahasiswa bergerak serentak untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang dianggap korup.
Beberapa aktivis mahasiswa 98 kala itu cukup mendapatkan spotlight dan diapresiasi publik sebagai “pahlawan reformasi”.
Tapi melihat kondisi sosial politik dan geliat aktivisme hari ini, sepertinya hal serupa kecil kemungkinannya bisa terjadi.
Akhirnya, anak muda perlu menemukan arah baru untuk menapaki perjalanan menjadi seorang patriot. Menunggu momentum sejarah sudah tidak boleh lagi menjadi pilihan.
Sudah saatnya anak muda menyusun skenario sejarahnya sendiri. Dan bila kita melihat keadaan sosial hari ini, langkah tersebut hanya bisa dicapai melalui cara-cara yang lebih sederhana.
Salah satu distingsi dari generasi muda hari ini dibandingkan generasi lampau adalah keinginan mereka yang kuat untuk terlibat. Prof Henry Jenkins menyebutnya dengan istilah participatory culture.
Keinginan untuk terlibat ini bisa membawa kepada suasana heroik bila diarahkan dalam semangat altruisme. Membangun pribadi yang altruistik adalah proses yang melibatkan usaha untuk lebih peduli pada orang lain, tulus, dan memiliki empati sosial.
Ekspresi altruisme anak muda bisa dimunculkan melalui keterlibatan mereka dalam beberapa hal yang mungkin sederhana tapi dilakukan secara konsisten.
Semua langkah bisa diawali dengan melatih kepekaan dan rasa ingin tahu terhadap kebutuhan mendasar masyarakat. Kemudian selalu hadir dan berusaha terlibat untuk menjadi bagian dari solusi.
Saat perjuangan melawan penjajah, kebutuhan utama publik adalah kemerdekaan. Karenanya, setiap upaya memperjuangkan itu menjadi signifikan.
Nah saat ini, kebutuhan masyarakat semakin beragam yang terkadang bukan sesuatu yang belum dimiliki tapi lebih kepada merawat yang sudah diperoleh.
Masyarakat butuh untuk menjadi berdaya dan terus tumbuh. Maka, upaya anak muda untuk terlibat dalam capacity building dan community development perlu dioptimalkan.
Sebagai warga internet, ruang digital juga memfasilitasi anak muda untuk dapat melakukan apa yang disebut oleh seorang profesor dari Oxford, Hellen Marget, dengan micro donation alias sumbangsih mikro.
Internet memungkinkan anak muda bisa hadir untuk berbagi donasi mikro dalam ragam bentuk mulai dari membagi pengetahuan dan keterampilan, social crowd funding, hingga melakukan partisipasi politik dan menunjukkan sikap kritis terhadap kebijakan negara.
Kesemua contoh sederhana diatas adalah sikap altruisme yang membuat kita menjadi pribadi yang patriotik dan berdampak.
Alhasil, semua orang mampu menjadi pahlawan dengan cara juga dengan kapasitas dan ruang perjuangannya masing-masing.
Dalam lagu bertajuk “Hero” di atas, Mariah Carey ingin menyampaikan bahwa setiap orang punya potensi menjadi pahlawan dengan syarat ia berani menjadi diri sendiri.
Di akhir lagu ia menyampaikan, “That a hero lies in you”. Ada pahlawan dalam dirimu.
Selamat Hari Pahlawan!