Menlu AS Sesalkan Hamas Tolak Upaya Gencatan Senjata Jangka Pendek
KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken pada Senin (4/11/2024) menyalahkan Hamas karena menolak upaya gencatan senjata jangka pendek di Gaza.
Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada AFP pada Jumat bahwa Hamas telah menerima proposal dari Mesir dan Qatar untuk gencatan senjata jangka pendek.
Meski demikian, Hamas menolaknya karena tidak memasukkan gencatan senjata permanen dalam perang yang telah berlangsung hampir 13 bulan.
Dalam panggilan telepon dengan Menlu Mesir Badr Abdelatty, Blinken mencatat bahwa Hamas sekali lagi menolak untuk membebaskan bahkan sejumlah kecil sandera untuk mengamankan gencatan senjata dan bantuan bagi rakyat Gaza.
"Blinken menekankan pentingnya mengakhiri perang di Gaza, mengamankan pembebasan semua sandera dan meningkatkan serta mempertahankan pengiriman bantuan kemanusiaan," kata pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei mengajukan usulan gencatan senjata di Gaza yang akan mencakup pembebasan sandera yang ditawan dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Namun PM Israel Benjamin Netanyahu bersikeras pada kehadiran pasukan di perbatasan Mesir dan pejabat AS telah menggambarkan pemimpin Hamas Yahya Sinwar yang dibunuh bulan lalu oleh Israel sebagai orang yang keras kepala dan menolak kesepakatan apa pun.
Dengan harapan membuat kemajuan, kepala CIA Bill Burns dalam diskusi baru-baru ini dengan mitranya dari Mossad di Qatar berbicara tentang gencatan senjata jangka pendek untuk pembebasan beberapa sandera, menurut sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Diketahui, Amerika Serikat (AS) adalah pendukung militer dan diplomatik utama Israel.
Namun Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah memperingatkan Israel bahwa AS bisa menahan beberapa senjata tanpa kemajuan pada minggu depan dalam mengizinkan lebih banyak bantuan ke Jalur Gaza.
Dalam panggilan telepon terpisah dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Senin, Blinken meninjau tindakan yang telah diambil Israel hingga saat ini.
"Ia juga mendesak tindakan lebih lanjut untuk secara substansial meningkatkan dan mempertahankan bantuan kemanusiaan termasuk makanan, obat-obatan, dan pasokan penting lainnya bagi warga sipil di seluruh Gaza," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
Panggilan telepon itu dilakukan sehari sebelum pemilihan presiden AS (Pemilu AS 2024) di mana kandidat Partai Republik Donald Trump telah berjanji untuk memberikan kebebasan yang lebih besar kepada Israel jika ia menang.