Mensos Klaim 12.000 Keluarga Penerima Bansos Keluar dari Garis Kemiskinan pada 2024
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengeklaim, 12.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) atau keluarga penerima bantuan sosial (Bansos) sudah mentas dari garis kemiskinan.
Adapun program graduasi bisa dicapai setelah penerima bansos mendapatkan pendampingan, modal usaha, dan pelatihan pemberdayaan sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomi dari kucuran bantuan pemerintah.
“Ini yang terdegradasi tahun ini 12.000 KPM yang target kita tahun depan bisa 340 ribu. Ini target tahun depan, tapi yang tahun ini terdegradasi 12 ribu lebih. Doakan tahun depan bisa naik signifikan lebih,” ujar Saifullah dalam konferensi pers di Kantor Kemensos, Jakarta, Selasa (31/12/2024).
Saifullah menuturkan, dalam menjalankan program ini, Kemensos tidak mengurangi jaring pengaman atau social protection yang membantu masyarakat miskin.
Jaring pengaman itu adalah program Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) berupa alokasi bansos KPM dan Program Keluarga Harapan (PKH) yang menghabiskan 80 persen anggaran Kemensos.
Namun, ia gelisah ketika menyadari program pemberdayaan Kemensos, yang bertujuan mengentaskan masyarakat dari garis kemiskinan, sangat kecil.
Pada 2024, baru 12 ribu penerima bansos yang dinyatakan mentas dari garis kemiskinan.
“Pemberdayaannya kecil sekali, baru cuma 12.000. Sasaran KPM kita 21 juta itu yang mendapatkan program social protection,” kata Saifullah.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjen PBNU) itu mengatakan, pihaknya ingin program jaring pengaman dan pemberdayaan di Kemensos itu bisa seimbang.
Artinya, harus semakin banyak penerima bansos yang diberdayakan dan mentas dari garis kemiskinan.
“Masa yang di sini 21 juta yang lulus 12 ribu, kan itu nggak imbang. Nah, kita ingin keseimbangan itu,” ujar dia.
Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono menambahkan, kini ada perubahan paradigma bahwa Kemensos juga harus turut mengentaskan kemiskinan, bukan hanya membagikan bansos.
Ia menyebutkan, jika Kemensos hanya mengurus PKH dan membagikan bansos, masyarakat miskin tidak akan mengalami perubahan kualitas hidup.
“Makanya, begitu berbicara masalah pemberdayaan, saya langsung sujud syukur. Kita akan hijrah, Indonesia akan hijrah (dari kemiskinan). Ini bahasa NU dan bahasa toreqoh juga,” ujar Agus berkelakar.