Misteri Puluhan Mayat Diduga Disiksa Usai Penggulingan Assad
Puluhan mayat ditemukan di dalam kamar mayat sebuah rumah sakit dekat ibu kota Damaskus usai rezim Bashar al-Assad tumbang digulingkan oleh pasukan oposisi Suriah. Puluhan mayat itu ditemukan dalam kondisi penuh luka bekas penyiksaan.
Sebagai informasi, rezim Assad tumbang setelah pasukan oposisi Suriah yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang merupakan bekas afiliasi Al-Qaeda menyerbu dan menguasai Damaskus pada Minggu (8/12) waktu setempat. Assad dilaporkan kabur ke Rusia dan mendapatkan suaka untuk alasan kemanusiaan di sana.
Kini, pasukan oposisi menguasai Damaskus dan beberapa kota penting lainnya di Suriah yang direbut dari pasukan rezim Assad dalam sepekan terakhir.
Di tengah situasi tersebut, pasukan oposisi menemukan hal yang mengejutkan. Salah satu pasukan mengaku menemukan 40 mayat yang saling bertumpuk.
"Saya membuka pintu kamar mayat dengan tangan saya sendiri, itu pemandangan yang mengerikan sekitar 40 mayat bertumpuk dan menunjukkan tanda-tanda bekas penyiksaan yang mengerikan," tutur salah satu petempur oposisi Suriah, Mohammed al-Hajj, saat berbicara kepada AFP via telepon, seperti dilansir AFP, Selasa (10/12).
AFP melihat puluhan foto dan video yang direkam oleh Hajj sendiri, yang menunjukkan mayat-mayat dengan tanda-tanda bekas penyiksaan yang jelas, termasuk mata dan gigi yang dicungkil, kemudian ada cipratan darah dan memar-memar.
Rekaman video yang diambil oleh Hajj dari Rumah Sakit Harasta itu, menurut laporan AFP, juga menunjukkan bungkusan kain yang berisi tulang-belulang.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Mayat-mayat itu ditempatkan di dalam kantong plastik berwarna putih atau dibungkus kain putih, yang beberapa memiliki bekas cipratan darah. Saat ditemukan, terdapat potongan kain atau pita perekat yang bertuliskan nomor atau terkadang nama pada mayat-mayat itu.
Beberapa mayat tampaknya dibunuh baru-baru ini. Dengan sebagian terlihat masih mengenakan pakaian, dan sebagian lainnya dalam kondisi telanjang.
Sementara itu, lengsernya Bashar al-Assad mengakhiri kekuasaan dinasti Assad yang selama lebih dari lima dekade memerintah Suriah dengan tangan besi. Salah satu hal yang diwarisi Assad dari mendiang ayahnya, Hafez al-Assad, adalah kompleks penjara dan pusat tahanan yang brutal yang digunakan untuk memenjarakan orang-orang yang berbeda pendapat.
Diab Serriya, yang mendirikan Asosiasi Tahanan dan Pengawas Penjara Sednaya (ADMSP), mengatakan kepada AFP bahwa mayat-mayat itu kemungkinan merupakan para tahanan dari penjara Sednaya yang terkenal di Suriah.
Sejak awal konflik, rezim Assad telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan melakukan tindak penyiksaan, pemerkosaan hingga eksekusi mati di luar hukum. Hajj berharap adanya upaya untuk "mengungkap kejahatan yang dilakukan al-Assad di penjara dan pusat tahanan".
"Kami berharap Assad akan dimintai pertanggungjawaban sebagai penjahat perang," cetusnya.