Momen Keluarga Mencari Keberadaan Sinta, Ternyata Dibunuh dengan Cara Dipenggal Kepala
TANGERANG, KOMPAS.com - Wanita bernama Sinta Handiyana (40), yang menjadi korban pembunuhan dengan cara dipenggal kepalanya oleh teman dekat bernama Fauzan Fahmi (43), terakhir kali bertemu keluarga pada Minggu (27/10/2024) siang.
Saat itu, Sinta pamit kepada anak-anaknya untuk berangkat bekerja seperti biasa.
"Dia (Sinta) kerjanya di Jakarta Utara sebagai admin paket," ujar ibu kandung Sinta, Sutiyati, kepada Kompas.com di kediamannya, Kelurahan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Kamis (31/10/2024).
Tidak disangka, itu merupakan momen terakhir keluarganya bertemu Sinta.
Pada Minggu malam, Sinta tak kunjung pulang ke rumah. Situasi ini membuat anak-anak di rumah khawatir.
Mereka mencoba menghubungi sang ibu melalui nomor WhatsApp, tetapi tak kunjung ada balasan. Sinta juga tidak menjawab saat ditelepon anak-anaknya.
Mereka kemudian mencari keberadaan sang ibu melalui teman-teman kerja, tetapi kabar tidak kunjung didapat.
Hingga hari Selasa (29/10/2024), Sinta belum kunjung pulang. Hal ini membuat anak-anak Sinta mengadu kepada Sutiyati karena tak memiliki uang untuk makan.
"Saya juga kaget, ‘Memangnya mama ke mana?’. Kata anak-anaknya, di-WA enggak dibalas, ditelepon juga enggak diangkat. Anak-anaknya perasaannya enggak enak," ujar Sutiyati.
Ia kemudian berusaha menenangkan cucu-cucunya itu.
Beberapa jam setelah anak Sinta mengadu ke Sutiyati, telepon masuk ke salah satu anak Sinta. Orang di ujung telepon itu mengaku sebagai polisi dari Polda Metro Jaya.
"Anak keduanya ditelepon dari kepolisian. Dia ditanyain, ‘Ini anaknya Ibu Sinta ya?’ Lalu ditanya kerjanya di mana dan segala macam. Pokoknya dia di-interview, gitu," ujar Sutiyati.
Namun, polisi itu belum menjelaskan perihal keberadaan dan kondisi Sinta yang sebenarnya.
Meski demikian, telepon dari polisi itu membuat anak-anaknya merasa resah dan gelisah. Mereka menangis di pangkuan Sutiyati, khawatir terjadi apa-apa dengan sang ibunda.
"Saya nenangin mereka terus dan bilang kalau telepon itu bukan apa-apa. Terus saya bilang, ‘Mudah-mudahan ibu bisa pulang’" kata Sutiyati.
Pada petang harinya, tepatnya setelah mereka menunaikan ibadah shalat maghrib, pihak kepolisian mendatangi rumah Sinta. Mereka mengkroscek soal identitas dan ciri-ciri fisik Sinta.
Pada momen itulah pihak kepolisian baru menyampaikan bahwa Sinta telah meninggal dunia. Jasadnya ditemukan di dalam lapisan karung dan kasur di dermaga kapal sebuah pom bensin di Jalan Tuna, Muara Baru, Jakarta Utara, Selasa (29/10/2024) sekitar pukul 10.29 WIB.
Petugas stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) bernama Denni Zaelani (34) mengatakan, keberadaan mayat tersebut diketahui pertama kali oleh seorang buruh kapal pencari ikan.
"(Si buruh) mau bongkaran ikan, mau ngopi, terus ngadem di sini melihat ke arah air, (dia lihat) ada buntalan mencurigakan di pinggir, terus lapor ke saya," ucap Denni saat diwawancarai di lokasi, Selasa.
Merasa penasaran, Denni akhirnya mengangkat buntalan karung yang mengambang di air dan membawanya ke daratan. Namun, karena curiga, ia tak berani membuka buntalan karung itu dan memilih menghubungi polisi.
"Setelah ada polisi baru dibuka, pas dibuka (mayat wanita) kepalanya enggak ada. Tapi, badannya utuh," ujar Denni. Denni mengatakan, mayat wanita tanpa kepala itu dibungkus lima lapisan.
"Itu bungkusannya lima lapis, mulai dari kardus, karung, selimut, kardus lagi, terus kasur, terus di dalam baru mayat," ucap Denni.
Saat bungkusan dibuka, mayat tersebut mengeluarkan bau tak sedap, tetapi tidak terlalu menyengat. Darah di tubuh korban juga terlihat masih segar.