Muhadjir Effendy Ternyata Sempat Punya Cita-cita Ingin Jadi Tentara

Muhadjir Effendy Ternyata Sempat Punya Cita-cita Ingin Jadi Tentara

Mantan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy ternyata sempat bercita-cita menjadi seorang tentara. Namun sayangnya cita-cita itu kandas karena tak mendapat restu dari sang ayah.

Kisa Muhadjir Effendy itu terungkap saat acara bertajuk ‘Diskusi Buku Merawat Matahari dan Manusia Limited Edition’ di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin (13/1/2025). Muhadjir turut hadir dalam acara tersebut.

"Sejak kecil beliau sebenarnya bercita-cita ingin jadi tentara. Kenapa kok pengen jadi tentara. Sehingga ketika ayahandanya tidak menghendaki jadi tentara tapi menjadi guru, sekolahnya di keguruan bahkan mulai dari PGA sampai kemudian IKIP Malang, kemudian BPII aktivis HMI, di Tapak Suci Muhammadiyah, kemudian akhirnya di Muhammadiyah. Beliau masih tersimpan cita-cita ingin menjadi tentara," kata penulis buku Merawat Matahari Biografi Muhadjir Effendy, Nasrullah, dalam sambutannya.

Saking inginnya menjadi tentara, Muhadjir membuat disertasi mengenai fenomenologi perwira menengah militer. Muhadjir mendalami perspektif para perwira menengah tentara yang kini telah berpangkat jenderal.

"Yang akhirnya studi doktoral beliau mengambil disertasi fenomenologi perwira menengah militer yang saat ini para perwira menengah itu sempat menjadi jenderal. Jadi beliau ini perspektifnya adalah pengalaman atau perasaan seorang perwira menengah yang kemudian sekarang sudah menjadi jenderal," ujarnya.

Nasrullah mengungkapkan dalam bukunya itu tidak disampaikan sosok Muhadjir Effendy seperti apa yang ditampilkan di media massa. Buku tersebut berisi masa kecil dan pengalaman Muhadjir sebagai aktivis.

"Jadi kalau mau melihat sosok Prof Muhadjir selama jadi menteri maupun Mendikbud atau Menteri PMK atau sekarang maka tidak ada dalam buku ini. Karena kalau mengenai jabatan beliau dari media massa sudah bisa kita lihat," ucapnya.

"Tapi kalau masa kecil beliau, masa beliau menjadi aktivis yang mana penuh dinamika politik di mana ada tiga ideologi yang bertarung bahkan mengenai trah beliau yang masih ada garis keturunan yang bisa disebut sebagai selulan itu kita cari garisnya ketemu sama dengan Gus Dur. Jadi Bapak kita ini masih ketemu persaudaraannya dengan Kiai Abdurrahman Wahid," lanjutnya.

Sementara, Muhadjir mengaku tersentuh setelah membaca buku tersebut. Sebab ada kata pengantar dari Abdul Malik Fadjar yang dinilai Muhadjir sebagai sosok yang membangkitkan kemajuan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

"Satu hal yang membuat saya tersentuh membaca buku ini adanya kata pengantar dari almarhum Bapak Prof Abdul Malik Fadjar. Dalam buku pengantar beliau, dalam relasi saya dengan UMM, beliau tidak menyebut sama sekali perannya sendiri dalam membangun dan membesarkan UMM," kata Muhadjir.

"Saya jujur katakan sebetulnya, kan semua orang tahu beliau lah peletak dasar sesungguhnya bagi kebangkitan perkembangan dan kemajuan UMM," imbuhnya.

Sumber