Musim Hujan, Belasan Kecamatan di Temanggung Rawan Bencana, Mana Saja?

Musim Hujan, Belasan Kecamatan di Temanggung Rawan Bencana, Mana Saja?

TEMANGGUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Temanggung, Jawa Tengah, memetakan belasan kecamatan yang rentan terhadap bencana hidrometeorologi basah, seperti angin kencang, banjir, dan tanah longsor.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Temanggung Totok Nursetyanto mengatakan, musim hujan diperkirakan berlangsung mulai November 2024 dan puncaknya pada Februari 2025.

Perkiraan itu menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Adanya musim hujan perlu diwaspadai seiring dengan bencana hidrometeorologi basah yang kerap mengiringinya.

"Kami juga sudah menetapkan status siaga darurat selama 120 hari. Mulai 1 November lalu sampai akhir Februari 2025," ujar Totok kepada Kompas.com melalui aplikasi perpesanan, Senin (11/11/2024).

Bencana angin kencang, misalnya, berpotensi terjadi di Kecamatan Temanggung, Kedu, Jumo, Tlogomulyo, sebagian Kranggan, Parakan, dan Ngadirejo.

Unsplah Ilustrasi banjir.

Banjir luapan berpotensi merata di total 20 kecamatan.

Sementara itu, ada 14 kecamatan yang patut diwaspadai munculnya gerakan tanah, seperti di Gemawang, Jumo, Bejen, Tretep, Wonoboyo, Candiroto, Ngadirejo.

Kemudian, di Kecamatan Bansari, Kledung, Bulu, Tembarak, Selopampang, Kaloran, dan Pringsurat.

Antisipasi terhadap bencana hidrometeorologi perlu dilakukan masyarakat.

Untuk mengatasi pohon tumbang akibat empasan angin kencang, umpamanya, warga bisa menebangi dahan-dahan yang rentan patah.

"Selain itu, guna meminimalisasi terjadinya banjir luapan, warga bisa membersihkan saluran air agar tidak mampet," imbuh Totok.

Diberitakan sebelumnya, Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan, sepanjang Agustus sampai awal Oktober 2024, data BMKG menunjukkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah cenderung mendingin dan hampir menyentuh batas La Nina.

La Nina adalah fenomena iklim yang menyebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik lebih dingin dari biasanya. Hal tersebut menyebabkan intensitas hujan meningkat.

Sejak Oktober 2024, suhu permukaan laut tersebut diprediksi terus mendingin dan dapat bertahan hingga awal 2025.

“Fenomena La Nina terjadi di Samudra Pasifik, tapi akan berdampak secara global, termasuk di Indonesia,” ungkap Ardhasena dikutip Kompas.com (18/10/2024).

Sumber