Natal di Aceh, Merayakan Iman dalam Damai dan Kerukunan

Natal di Aceh, Merayakan Iman dalam Damai dan Kerukunan

BANDA ACEH, KOMPAS.com – Perayaan malam misa Natal di Gereja Katolik Hati Kudus (GKHK) Banda Aceh berlangsung khidmat. Nyanyian paduan suara mengiringi jemaat yang larut dalam doa. Di penghujung acara, jemaat saling bersalaman dengan haru, meneteskan air mata.

Bagi Marsel Fernandes, malam itu menjadi momen terakhir merayakan Natal di Aceh. Setelah menyelesaikan pendidikan sebagai dokter hewan di Universitas Syiah Kuala (USK), ia bersiap kembali ke Papua.

Marsel sudah tujuh tahun tinggal di Banda Aceh sejak 2018. Selama itu, ia merayakan Natal bersama mahasiswa Papua lainnya di Aceh. Meski merindukan keluarga di kampung halaman, suasana meriah di Aceh membuatnya terhibur.

"Ibadah di sini meriah, hampir sama seperti di Papua. Toleransi di sini sangat tinggi, dan ibadah berjalan lancar," kata Marsel, Selasa (24/12/2024) malam.

Marsel menilai Aceh sebagai wilayah yang aman dan nyaman. Selama kuliah, ia merasa terlindungi.

"Tidak ada kekerasan seperti begal. Kami sering belajar kelompok hingga pagi, dan selalu merasa aman," ujarnya.Kompas.com/Zuhri Noviandi Marsel Fernandes mahasiswa asal Papua merayakan malam natal di Gereja Katolik Hati Kudus (GKHK) Banda Aceh, Selasa (24/12/2024) malam.

Namun, ia menyayangkan stigma negatif tentang Aceh yang sering didengar. Menurutnya, toleransi di Aceh berjalan tinggi, dan pandangan buruk tentang daerah itu sering kali akibat framing media.

"Framing media membuat Aceh terlihat tidak baik di luar. Padahal kenyataannya berbeda," ungkapnya.

Deslin Nainggolan, mahasiswi nonmuslim yang lahir di Banda Aceh, merasakan hal serupa. Ia tumbuh dalam suasana harmoni dan tidak pernah menghadapi diskriminasi.

"Teman-teman di kampus sangat toleran. Bahkan banyak yang mengucapkan selamat Natal," katanya.

Saat duduk di bangku SMA, ia juga diberi kebebasan saat pelajaran agama.

"Ibu guru membebaskan saya keluar kelas atau tetap di dalam. Saya tidak pernah merasa diasingkan," ujarnya.Kompas.com/Zuhri Noviandi Salah seorang warga Banda Aceh, Deslin Nainggolan, yang merayakan malam misa natal di Gereja Katolik Hati Kudus (GKHK) Banda Aceh, Selasa (24/12/2024).

 

Kompas.com/Zuhri Noviandi Wakil Ketua Pelaksana Dewan Paroki Gereja Katolik Hati Kudus Banda Aceh, Baron Ferryson.Aceh Aman dan Toleran

Wakil Ketua Pelaksana Dewan Paroki GKHK Banda Aceh, Baron Ferryson, menegaskan perayaan Natal di Aceh selalu aman dan lancar. Ia menilai stigma intoleransi terhadap Aceh tidak sesuai kenyataan.

"Sudah 14 tahun saya di Aceh, tidak pernah ada gangguan saat Natal. Toleransi di sini sangat tinggi," katanya.

Baron mengajak orang luar untuk datang dan melihat langsung kondisi Aceh.

"Datanglah ke Aceh, lihat, dan rasakan sendiri. Kami hidup rukun dan saling menghormati," tambahnya.

Bertepatan dengan 20 tahun tsunami Aceh, umat Katolik di Banda Aceh juga mengadakan doa untuk para korban pada 26 Desember.

Kompas.com/Zuhri Noviandi Penjabat Gubernur Aceh, Safrizal ZA, saat mengunjungi Gereja Katolik Paroki Hati Kudus di Banda Aceh.Penghormatan Pemerintah Aceh

Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Safrizal ZA, memastikan pemerintah menjaga kelancaran ibadah Natal.

"Pemerintah menghormati kawan-kawan yang merayakan Natal. Semua berjalan tertib dan aman," ujarnya.

Ia menegaskan, meski Aceh menerapkan syariat Islam, tidak ada gangguan bagi umat lain dalam menjalankan ibadah.

"Kami hidup harmonis, saling menghormati. Itu kunci kerukunan di Aceh," pungkas Safrizal.

Sumber