Netanyahu Tegaskan Dataran Tinggi Golan Selamanya Jadi Bagian Israel
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang diduduki Israel selama hampir 60 tahun, akan selamanya tetap menjadi bagian dari Israel.
Penegasan tersebut, seperti dilansir AFP, Selasa (10/12/2024), disampaikan Netanyahu pada Senin (9/12) setelah kritikan menghujani langkah Israel mengambil alih zona penyangga (buffer zone) di sepanjang perbatasan dengan Suriah, usai tumbangnya rezim Presiden Bashar al-Assad.
Berbicara dalam konferensi pers di Yerusalem, Netanyahu mengucapkan terima kasih kepada Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang pada periode pertamanya telah mengakui aneksasi yang dilakukan Tel Aviv atas Dataran Tinggi Golan tahun 1981 silam.
"Golan akan menjadi bagian dari Negara Israel untuk selamanya," tegas Netanyahu dalam konferensi pers tersebut.
Israel merebut sebagian besar area Dataran Tinggi Golan dari Suriah selama Perang Enam Hari tahun 1967 silam, dan terus mendudukinya sejak saat itu, bahkan menggagalkan upaya Suriah merebut kembali area tersebut dalam perang Arab-Israel tahun 1973.
Netanyahu mengatakan kendali Israel atas Dataran Tinggi Golan "menjamin keamanan dan kedaulatan kami".
Pada akhir pekan, Netanyahu memerintahkan pasukan militer Israel untuk berpindah ke zona penyangga – yang menjadi area patroli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) – di sebelah timur area Golan yang dianeksasi Tel Aviv, setelah pasukan pemberontak Suriah menumbangkan rezim Assad.
PBB dan beberapa negara tetangga Israel mengecam langkah tersebut, dengan juru bicara PBB menyebut tindakan Tel Aviv telah melanggar perjanjian pelepasan keterlibatan antara Israel dan Suriah yang ditandatangani tahun 1974 silam.
Lihat Video Netanyahu Perintahkan Militer Israel Rebut Zona Penyangga di Suriah
[Gambas Video 20detik]
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Kritikan juga datang dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi yang menyebut pengambilalihan zona penyangga tersebut menegaskan "pelanggaran Israel secara terus-menerus terhadap aturan hukum internasional, dan tekad menyabotase peluang Suriah memulihkan keamanan, stabilitas, dan integritas wilayahnya".
Dalam pernyataan pada Minggu (8/12), Netanyahu menyebut runtuhnya rezim Assad dan penarikan pasukan Suriah meninggalkan pos-pos keamanan di area itu telah membatalkan perjanjian tahun 1974.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Gideon Saar, secara terpisah, menyebut pengambilalihan zona penyangga itu merupakan "langkah terbatas dan langka sementara yang kami ambil demi alasan keamanan".
Sementara juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menyatakan bisa memahami tindakan Israel, yang disebutnya, "tidak permanen" tersebut. Namun dia juga mencetuskan agar perjanjian tahun 1974 tetap ditegakkan.
"Pada akhirnya, apa yang ingin kami lihat adalah stabilitas abadi antara Israel dan Suriah, dan itu berarti kami mendukung semua pihak yang menegakkan perjanjian pelepasan keterlibatan tahun 1974," cetusnya.
Lihat Video Netanyahu Perintahkan Militer Israel Rebut Zona Penyangga di Suriah
[Gambas Video 20detik]