Nyanyian Tolak Balak 2025 dan Kemunculan Bola Api di Tahun Baru

Nyanyian Tolak Balak 2025 dan Kemunculan Bola Api di Tahun Baru

JAMBI, KOMPAS.com - Tujuh lelaki menabuh gendang sambil melantunkan kidung harapan kepada Tuhan untuk keselamatan dan kesehatan di tahun yang baru.

Kegiatan ini merupakan bagian dari acara bertajuk "Cahaya Batang Damar", yang merupakan kolaborasi antara Gerakan Muarojambi Bersakat, Back to Home (BTH), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi.

Acara ini berlangsung di Desa Jambitulo, Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi, Jambi, pada Selasa (31/12/2024) malam.

Selain zikir bardah, acara tersebut juga menampilkan tradisi gambang dan pembacaan puisi oleh penyair lokal, Ning Ahmad Subki.

Kegiatan ini diakhiri dengan penanaman pohon endemik dan pelepasan benih ikan lokal.

Kidung yang dilantunkan memiliki nilai spiritual bagi masyarakat, berisi harapan dan pujian kepada Tuhan, dengan beberapa penggalan syairnya berasal dari Al Quran.

"Kita berharap di tahun yang baru jauh dari musibah dan bencana. Sebelum pergantian tahun, kita hadirkan zikir bardah," kata Adi Ismanto, Ketua I Gerakan Muarojambi Bersakat.

Ia menambahkan, kehadiran zikir bardah sebelum tahun baru telah menempatkan tradisi pada tempatnya, sesuai dengan ruang, tempat, dan waktu.

Komunitas yang dipimpin Adi berfokus pada pelestarian dan pengenalan tradisi yang hampir punah, seperti zikir bardah dan gambang, serta melestarikan anggrek alam.

Secara turun-temurun, warga Muarojambi meyakini bahwa zikir bardah dapat menolak musibah.

Tradisi ini sering dilantunkan saat pembuatan rumah baru, pernikahan, dan penanaman padi.

"Inti dari zikir bardah adalah untuk mengawali sesuatu yang baru, seperti membangun rumah, menanam padi, hingga pernikahan," jelas Adi.

Lantunan zikir Bardah dibarengi dengan pukulan rebana siam (gendang besar) dan gong.

"Makna itulah yang kemudian mendatangkan keyakinan bahwa tradisi ini berguna untuk menolak musibah," tambahnya.

Setelah zikir bardah usai, rombongan melanjutkan perjalanan menuju lokasi yang menjadi saksi fenomena bola api.

Dengan sepeda motor, mereka melintasi jalan setapak yang gelap, dikelilingi kebun warga.

Tiba di ujung jalan, rombongan berjalan kaki dengan penerangan obor, melewati kebun karet, dan menemukan kanal perusahaan yang telah merobohkan hutan Pematang Damar untuk perkebunan sawit.

Di tepi kanal, masyarakat lokal, termasuk anak-anak, orang dewasa, dan perempuan lanjut usia, telah menunggu untuk menyaksikan fenomena langka saat pergantian tahun.

Saat detik-detik menjelang tahun baru, cahaya seperti bola api muncul di langit hutan Pematang Damar.

"Itu lihat cahayanya sudah muncul, ada dua warnanya merah dan berkedip-kedip," teriak seorang perempuan paruh baya, sambil mengabadikan momen dengan ponselnya.

Adi menuturkan, fenomena cahaya bola api ini telah disaksikan masyarakat selama 5-6 tahun terakhir saat pergantian tahun.

Meskipun sebelumnya sudah ada, masyarakat lokal menganggapnya tabu untuk dibicarakan.

Ia mengingat beberapa tahun lalu, cahaya tersebut muncul lebih dari 50 kali dengan warna yang beragam, termasuk merah, putih, dan biru.

"Cahaya itu muncul di atas dulunya hutan Pematang Damar, setiap hari-hari besar seperti malam takbiran dan tahun baru," kata Adi.

Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menjelaskan kemunculan fenomena ini, dan masyarakat percaya bahwa Pematang Damar dulunya adalah tempat yang sakral dan keramat.

"Dulu, ketika masih hutan, desa di sini memiliki cerita keramat masing-masing, ada penunggu harimau, ular besar, hingga rusa," imbuhnya.

Masyarakat juga meyakini bahwa pergi ke Pematang Damar dengan niat buruk dapat membuat seseorang tersesat dan tidak bisa pulang.

Adi berharap ada penelitian yang dapat menjelaskan fenomena alam ini, terutama terkait dengan mistisnya hutan Pematang Damar yang kini telah berganti menjadi perkebunan sawit.

Sumber