OJK Ingin Asuransi Pertanian di Indonesia Mencontoh Meksiko

OJK Ingin Asuransi Pertanian di Indonesia Mencontoh Meksiko

Bisnis.com, BALI - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya mengembangkan potensi asuransi parametrik pertanian di Indonesia. Beberapa negara di luar negeri telah sukses mengimplementasikan asuransi di sektor pertanian ini.

Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Djonieri mengatakan salah satu negara yang sukses mengimplementasikan asuransi parametrik pertanian dan bisa menjadi acuan untuk diadopsi di Indonesia adalah Meksiko.

"Meksiko dapat menjadi acuan negara dalam pengembangan asuransi parametrik, dengan pertimbangan bahwa negara ini banyak memiliki kesamaan dengan Indonesia," kata Djonieri kepada Bisnis, Selasa (10/12/2024).

Kesamaan tersebut antara lain seperti ekosistem agrikultur di kedua negara, di mana Indonesia dan Meksiko memiliki ketergantungan pada sektor pertanian. Dia menjelaskan kedua negara ini juga memiliki risiko yang sama-sama tinggi dalam hal perubahan iklim dan kekeringan. 

Djonieri yang juga Ketua Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi (Ikafe) Universitas Riau itu melihat Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk mengoptimalkan asuransi parametrik pertanian. Pertama, Indonesia memiliki sumber data yang tersedia di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

"Data ini dapat diandalkan dan dapat dikerjasamakan dengan perusahaan asuransi sebagai sumber data untuk melakukan manajemen risiko pada produk asuransi pertanian," katanya.

Kedua, Djonieri mengatakan Indonesia telah memiliki PT Reasuransi Maipark Indonesia sebagai perusahaan reasuransi lokal yang telah memiliki keahlian dalam melakukan reasuransi risiko bencana. 

"Dengan menjahit ekosistem ini, kami optimis asuransi parametrik dapat lebih berkembang dan sama majunya dengan apa yang sudah dilakukan Meksiko," katanya.

Dalam rangka mendorong penetrasi asuransi parametrik pertanian di Indonesia, Djonieri menjelaskan bahwa di dalam Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Perasuransian Indonesia 2023-2027 sebenarnya secara eksplisit sudah mencanangkan berbagai hal untuk mendorong pendalaman pasar asuransi termasuk asuransi parametrik. 

Pertama, adanya target di dalam peta jalan tersebut bahwa sebagian besar perusahaan asuransi umum agar memiliki produk asuransi pertanian pada 2027. Djonieri mencatat saat ini hanya ada sekitar 10 perusahaan asuransi umum yang menjual produk asuransi pertanian dari 74 perusahaan.

Kedua, OJK juga terus melakukan aktivitas literasi dan inklusi, termasuk kerja sama dengan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) untuk memperkenalkan asuransi kepada masyarakat. 

"Ketiga, OJK juga senantiasa melakukan komunikasi efektif dengan berbagai pemangku kepentingan lain misalnya Kementerian Pertanian untuk mencari solusi dalam mengembangkan penetrasi asuransi parametrik pertanian di Indonesia," pungkasnya.

Sementara itu, Praktisi Manajemen Risiko dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman menjelaskan asuransi pertanian di Meksiko 100% menggunakan subsidi dari pemerintah. Skema seperti ini menurutnya akan cocok dengan petani yang memiliki pendaptan rendah.

"Meski Indonesia mungkin sulit meniru subsidi penuh, model ini dapat menjadi inspirasi untuk menjangkau petani miskin. Kultur pun sama di daerah tropis dan fokus pada petani dengan penghasilan di bawah garis kemiskinan," kata Wahyudin.  

Sumber