Pakar Kritisi Sisi Negatif Aturan Kemasan Polos Rokok
Bisnis.com, JAKARTA - Rencana penerapan aturan kemasan rokok polos dinilai bisa merugikan produsen dan konsumen secara langsung.
Adapun, aturan kemasan rokok tanpa identitas merek tertuang di dalam rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (RPMK) tentang Pengamanan Produk Tembakau dan Rokok Elektronik.
Praktisi Merek & Pemasaran, Yuswohady mengatakan aturan tersebut perlu dikaji karena akan berdampak pada kelangsungan pelaku usaha dan hak konsumen dalam memilih rokok elektronik. Merek merupakan cerminan terhadap kualitas dan diferensiasi antara satu produk dan yang lainnya.
"Dengan penyeragaman menjadi kemasan tanpa identitas merek, maka akan merugikan pelaku usaha dan konsumen secara langsung," kata Yuswohady dalam keterangannya, Minggu (10/11/2024).
Dia menjelaskan bagi pelaku usaha, kelangsungan bisnisnya bakal terancam menurunkan omzet toko karena mendorong perilaku konsumen membeli produk yang murah, bukan berdasarkan pertimbangan atas kualitas produk. Sementara, konsumen akan kebingungan dalam memilih produk berkualitas.
Menurutnya, dampak negatif dari penyeragaman kemasan rokok tanpa identitas merek adalah hilangnya merek dagang. Dilihat dari sisi pemasaran, dampaknya akan banyak muncul produk murah.
Dikhawatirkan konsumen mencari merek apapun yang cenderung murah. Jadi tidak bersaing soal kualitas, malah bersaing untuk harga murah.Yuswohady mengatakan kehadiran produk rokok elektronik dengan harga murah akan memicu munculnya produk ilegal. Sebab, yang menjadi persaingan di pasar adalah harga murah, bukan berdasarkan kualitas produk.
"Saya kira pasar rokok elektronik akan mengalami kemunduran karena produk legal akan bersaing dengan produk ilegal yang lebih murah," ujarnya.Ketua Asosiasi Retail Vape Indonesia (Arvindo), Fachmi Kurnia, mengatakan penerapan kemasan polos akan berdampak langsung pada industri rokok elektronik di Indonesia, terutama bagi UMKM yang menjadi mayoritas pelaku usahanya."Dengan menghilangkan karakteristik visual yang unik, merek dagang tidak lagi memiliki nilai diferensiasi, dan kreativitas terhadap membangun sebuah brand akan hilang," kata Fachmi.