Pakistan Kritisi Kebijakan Mandatori Biodiesel B40, Ketergantungan CPO RI
Bisnis.com, MANGUPURA - Pakistan Edible Oil Refiners Association (PEORA) mengkritisi kebijakan mandatori penggunaan bahan bakar campuran biodiesel berbasis minyak sawit 40% dengan minyak solar atau B40 yang akan diterapkan di Indonesia awal tahun depan.
Chairman PEORA, Abdul Rasheed Jan Mohammad mengatakan Pakistan mengimpor minyak kelapa sawit atau palm oil dengan persentase 90% dari total importasi minyak nabati mereka pada 2023.
Bahkan, periode Januari-Oktober 2024 porsi importasi Indonesia meningkat 1% dan impor palm oil dari Malaysia turun menjadi 9%. Adapun, penggunaan palm oil di Pakistan didominasi untuk minyak masakan.
"Impor petani Pakistan sangat bergantung pada Indonesia, karena Indonesia mencakup hampir 90% dari permintaan Pakistan," kata Rasheed di konferensi pers Indonesian Palm Oil Conference 2024 and 2025 Price Outlook atau IPOC 2024, Kamis (7/11/2024).
Dia juga menilai harga minyak mentah menjadi tidak terlalu bagi karena ada kesenjangan besar antara minyak mentah dan penggunaan untuk biofuel atau bahan bakar nabati (BBN).
Dalam paparannya di IPOC 2024, dia juga menyebutkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, harga minyak sawit, khususnya minyak goreng telah naik secara signifikan hal ini dikarenakan pasokan CPO yang terbatas dan dibagi untuk B40 mendatang.
"Kami percaya bahwa minyak sawit harus tetap sebagai komoditas untuk makanan daripada komoditas untuk bahan bakar," ujarnya.
Rasheed menyebut implementasi B40 memberikan kekhawatiran tersendiri bagi Pakistan yang dalam 2,5 tahun terakhir ini tengah menghadapi masalah akibat pemberlakuan Domestic Market Obligation (DMO) atau embargo penjualan CPO Indonesia.
Lebih lanjut, pihaknya meminta Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam menerapkan mandatori biodiesel B40. Rasheed menyarankan pemerintah Indonesia untuk mempertahankan penerapan B35 untuk saat ini.
"Jadi akan lebih bijaksana untuk mempertahankan B35 daripada menjadi B40, tetapi itu jelas merupakan kebijakan pemerintah Indonesia. Kami hanya dapat mengkomunikasikan apa yang menjadi perhatian kami dan apa permintaan kami," pungkasnya.