Palangka Raya Luncurkan Program Makan Bergizi, Stok Ompreng Menjadi Masalah
PALANGKA RAYA, KOMPAS.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kalimantan Tengah (Kalteng) resmi diluncurkan di Kota Palangka Raya pada Senin (13/1/2025).
Program ini dimulai di 16 sekolah dengan berbagai jenjang pendidikan.
Pihak penyedia mengungkapkan bahwa jumlah penerima program akan diperluas ke sejumlah kabupaten, namun kendala ketersediaan ompreng atau kotak nasi berbahan stainless menjadi tantangan utama.
Koordinator Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tingkat Provinsi Kalteng, Elisa Agustino, menjelaskan bahwa tiga kabupaten yang akan menerima program makan bergizi gratis adalah Kotawaringin Timur, Seruyan, dan Kapuas.
Hal ini menyusul penyiapan satu dapur umum atau SPPG di masing-masing wilayah tersebut.
“MBG perdana di Kalteng dilaksanakan di Palangka Raya hari ini. Kami sudah siapkan tiga titik SPPG di sini, dan ada tiga titik lagi yang masih dalam proses persiapan. Masing-masing di Kabupaten Kapuas, Seruyan, dan Kotawaringin Timur,” ujar Elisa saat diwawancarai di SDN 1 Bukit Tunggal, salah satu sekolah yang menyelenggarakan MBG pertama kali di Kalteng.
Elisa menambahkan bahwa pihaknya masih menunggu arahan dari pimpinan terkait realisasi MBG di seluruh sekolah se-Kalteng.
Dia memastikan bahwa jumlah penerima program ini akan diperluas secara bertahap, meskipun ada beberapa hal yang perlu disiapkan, termasuk ketersediaan ompreng.
“Tempat makan yang ideal ini menggunakan tutup stainless. Stok nasional untuk kotak makan jenis ini sudah kosong, karena di Indonesia sudah ada lebih dari 200 SPPG, sedangkan satu SPPG membutuhkan 3.500 ompreng,” jelasnya.
Elisa juga mengungkapkan bahwa petugas penyedia MBG di tiga kabupaten tersebut belum bisa bergerak karena stok ompreng yang belum tersedia.
Saat ini, pihaknya masih menunggu ketersediaan stok ompreng dari pemerintah pusat.
“Perintah presiden, dalam jangka waktu ini, akan ditambahkan secara bertahap. Kami masih menunggu arahan dari pusat terkait kapan penambahannya, tetapi yang pasti memang harus segera dilakukan,” tuturnya.
Satu SPPG dapat memproduksi minimal 3.000 porsi makanan.
Hingga saat ini, MBG baru dilaksanakan di tiga TK, sembilan SD, dua SMP, dan dua SMA di Palangka Raya.
“Penentuan penerima manfaat adalah sekolah di berbagai jenjang, dengan penentuan berdasarkan radius titik SPPG. Satu SPPG maksimal melayani enam kilometer dengan jarak tempuh 30 menit, lebih dari itu akan ditangani oleh SPPG berikutnya,” jelas Elisa.