Pameran Tunggalnya Ditunda, Seniman Yos Suprapto: Ada Kekhawatiran dari Rezim Terdahulu
JAKARTA, KOMPAS.com - Seniman Yos Suprapto menduga, ada pihak-pihak yang khawatir dengan narasi yang dia sampaikan melalui lukisan karyanya yang hendak dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia Jakarta.
Oleh karenanya, pameran yang sedianya digelar pada 19 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025 itu ditunda dengan alasan lukisan Yos dinilai terlalu vulgar.
“Ini kekhawatiran dari orang-orang rezim yang dulu ya bahwa kejujuran tentang narasi rezim yang lama itu takut dilihat oleh banyak orang. Itu saja saya melihatnya,” ujar Yos saat ditemui di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024).
Yos mengatakan, lima lukisannya diminta tidak ditampilkan dalam pameran oleh kurator yang ditunjuk oleh Galeri Nasional Indonesia, Suwarno Wisetrotomo.
Padahal, menurut dia, karya seninya itu masih sesuai dengan tema yang diusung. Pameran yang rencananya menampilkan kurang lebih 37 lukisan dan 40 gerabah berisi tanah dari seluruh provinsi di Indonesia itu mengangkat tema “Kebangkitan Tanah untuk Kedaulatan Pangan”.
“Dan, itu juga tanah-tanah yang saya ambil dari 38 provinsi di Tanah air ini yang menunjukkan tanah produktif kita, itu pada mati, tidak punya fungsi, dan tidak ada mikroorganisme di dalam lapisan tanahnya. Itu yang saya kira menakutkan mereka,” jelas Yos.
Seniman asal Yogyakarta ini mengatakan, lima lukisan yang dinilai vulgar dan tidak sesuai tema itu sebenarnya menggambarkan pengaruh seorang penguasa terhadap kedaulatan pangan.
“Saya bercerita tentang proses terjadinya kehilangan kedaulatan pangan kita. Sejarah kehilangannya kedaulatan pangan. Nah, itu saya akhiri dengan lukisan yang menggambarkan penguasa, kekuasaan. Kedaulatan pangan tanpa kekuasaan itu omong kosong,” kata dia.
Awalnya, hanya dua lukisan yang diminta untuk tidak ditampilkan kepada publik. Saat itu, dua hari sebelum pameran tepatnya 17 Desember 2024, kurator meminta agar dua lukisan karya Yos disensor.
Lukisan ini salah satunya berjudul Konoha 1. Lukisan itu menggambarkan seorang raja yang seolah sedang menginjak rakyatnya.
“Jadi, itu gambar tentang bagaimana kekuasaan itu memperlakukan rakyat kecil. Segala sesuatu yang menanggung adalah rakyat kecil. Di bawah kaki sang penguasa itu adalah rakyat kecil,” kata Yos.
Lukisan lain yang diminta disensor berjudul Konoha 2. Lukisan tersebut memperlihatkan beberapa figur manusia telanjang yang terinspirasi dari metafora “Asal Bapak Senang”.
“Jadi, ‘Asal Bapak Senang’ itu saya terjemahkan jilat pantat itu. Jilat pantat itu kan ekspresi yang sering kita dengar ya. ‘Ah itu penjilat’,” jelas dia.
Yos semula setuju untuk menutup dua lukisan ini dengan kain hitam. Tapi, pada 19 Desember 2024 atau hari di mana pameran harusnya digelar, kurator kembali komplain dan meminta tiga lukisan lain diturunkan.
“Tiga lukisan ini menceritakan tentang seorang petani, gambaran petani, ya, sedang memberi makan kepada orang kaya. Petani memberi makan kepada anjing-anjing. Petani membawa sapi, yang saya gambarkan, seperti ke istana. Loh, itu dianggap vulgar,” kata Yos.
Yos pun mempertanyakan alasan kurator tiba-tiba meminta lukisan ini diturunkan. Padahal, saat itu tiga jam lagi pameran akan dibuka.
“Saya menanyakan, kok di titik terakhir baru lu ngomong. Berapa jam sebelum pameran dibuka, itu disuruh turunkan. Itu kan kontroversial sekali,” imbuh dia.
Yos bersikeras untuk tidak menurunkan tiga lukisan yang dipermasalahkan ini. Karena tidak ditemukan kesepakatan, Suwarno mengundurkan diri sebagai kurator pameran ini.
Alhasil, pameran Yos juga belum bisa dipamerkan ke publik dan ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.