Para Pengungsi Korban Erupsi Lewotobi Diminta Pakai Masker
FLORES TIMUR, KOMPAS.com – Para pengungsi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki diminta mengenakan masker demi mencegah penularan penyakit.
Permintaan tersebut disampaikan Yuliana Maria Nuet Kancung, dokter di Puskesmas Lewolaga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT, Jumat (8/11/2024).
Yuliana mengungkapkan, para pengungsi sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk batuk, pilek, muntah, dan diare, akibat paparan abu vulkanik.
"Apalagi mereka tinggal dalam satu ruangan dengan jumlah yang banyak. Sehingga dikhawatirkan penyintas yang terserang penyakit seperti batuk pilek dengan mudah menular ke orang lain," ujar dia.
Yuliana menekankan pentingnya penggunaan masker, terutama bagi mereka yang mengalami batuk pilek, serta demi menjaga kebersihan. "Kemarin kami baru merujuk pasien dengan sesak," tambah dia.
Pelayanan kesehatan bagi para pengungsi pun terus dioptimalkan. Pemeriksaan kesehatan tak hanya dilakukan di Puskesmas Lewolaga, tetapi juga di posko kesehatan yang ada di sekolah-sekolah.
"Apabila kondisi pasien semakin parah, mereka akan dirujuk ke rumah sakit," kata Yuliana.
“Sejauh ini, pasien paling banyak mengalami batuk, pilek, dan badan sakit. Sisanya adalah pasien yang mengalami luka bakar,” sambung dia.
Sebelumnya, jumlah pengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki terus bertambah setelah gunung api setinggi 1.584 meter dari permukaan laut (mdpl) itu mengalami erupsi dahsyat pada Kamis (11/9/2024).
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur, Hironimus Lamawuran, mencatat bahwa per Kamis (7/11/2024) pukul 20.00 Wita, jumlah pengungsi telah mencapai 8.431 orang.
“Penambahan pengungsi berasal dari Desa Nobo dan Nurabelen tadi siang,” ujar Hironimus saat dihubungi pada Kamis malam kemarin.
Ia juga mengungkapkan, ribuan penyintas ini tersebar di enam kecamatan di Kabupaten Flores Timur dan di wilayah Kabupaten Sikka.