Pedagang Kantin Minta Dilibatkan Produksi MBG, Ini Tanggapan Pemkot Palangka Raya

Pedagang Kantin Minta Dilibatkan Produksi MBG, Ini Tanggapan Pemkot Palangka Raya

 

PALANGKA RAYA, KOMPAS.com – Para pedagang kantin sekolah di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, mengeluhkan penurunan omset hingga 50 persen setelah hadirnya program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Pedagang kantin berharap bisa dilibatkan dalam produksi MBG agar tetap mendapat penghasilan, sekaligus membantu menyukseskan program pemerintah.

Menanggapi keluhan ini, Pj Sekda Kota Palangka Raya, Arbert Tumbak, menyarankan pedagang membentuk kelompok UMKM untuk bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional (BGN) dalam produksi MBG.

“Aturan MBG sudah ramah terhadap UMKM, namun tetap ikuti tahapan sesuai juknis,” kata Arbert, Jumat (17/1/2025).

Ia menambahkan, MBG ramah terhadap UMKM karena bahan-bahan pokoknya banyak menggunakan sumber daya lokal.

Kelompok usaha berbasis sumber daya lokal diharapkan dapat berkontribusi dalam produksi MBG.

Meski demikian, mekanisme rinci pendaftaran UMKM untuk terlibat dalam produksi MBG masih disusun oleh BGN.

Pedagang diminta bersabar sambil menunggu petunjuk teknis (juknis) lebih lanjut.

“Tetap berpikir positif, semangat, dan ikuti tahapan penyelenggaraan MBG ini terus, supaya tidak ketinggalan informasi penting,” ujar Arbert.

Program MBG yang dirancang pemerintah pusat telah dimulai di Palangka Raya sejak 13 Januari 2025.

Pada tahap awal, ada 16 sekolah yang mendapat program MBG, termasuk SMPN 3 Palangka Raya.

Namun, pedagang kantin di sekolah tersebut mengeluh sepi pembeli usai MBG diterapkan.

“Aduh, bagaimana, ya, Mas, sejak beberapa hari ini siswa jarang belanja, sejak ada makan gratis,” ungkap Muhammad Iqbal (25), salah satu pedagang kantin.

Iqbal mengakui bahwa pendapatan kantinnya turun hingga 50 persen sejak program ini dimulai.

“Siswa-siswi yang belanja sangat terasa kurangnya, sedikit sekarang siswa yang berbelanja, sejak adanya program makan gratis,” ungkapnya.

Biasanya, kantin yang dikelolanya mampu menghasilkan Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari.

Kini, angka itu anjlok menjadi Rp 100.000 hingga Rp 200.000 per hari.

Di kios sebelah, Sandi (50) merasakan hal yang sama.

Ia yang biasanya sibuk melayani siswa di dua waktu istirahat kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk santai.

“Biasanya anak-anak istirahat pertama (pagi) dan kedua (siang) makan di sini, tapi sekarang istirahat pertama saja, istirahat kedua kami tiduran saja (karena tidak ada yang belanja),” tuturnya.

Berharap Dilibatkan

Meski pendapatannya turun drastis, Iqbal dan Sandi tak lantas menentang program MBG yang dirancang pemerintah pusat.

Keduanya justru mengaku mendukung program MBG ini.

Namun, mereka berharap agar pemerintah turut memberdayakan pedagang kantin sekolah dalam menyediakan konsumsi gratis untuk siswa.

“Kantin mungkin bisa diberdayakan, misal dengan memesan makan bergizi gratisnya lewat kantin, jadi kan ekonomi kami juga berjalan,” ujar Iqbal dengan nada penuh harap.

Sandi yang mengelola kios makanan berat seperti ayam geprek, ayam katsu, dan aneka camilan, mengaku khawatir usaha kantinnya akan bangkrut jika pedagang kantin tidak dilibatkan.

“Sekarang ini zaman apa-apa serba susah. Kami mendukung program ini, tapi kalau terus begini, penghasilan terus menyusut, bingung kami mau makan dari mana,” ujarnya dengan nada lirih.

Sumber