Pekerjaan Swakelola PISEW Di Mattoangin Desa Balleanging Diduga Menyalahi Spesifikasi Tehnis
Indolensa.com_Bulukumba|Dusun Mattoangin, sebuah sudut tenang di Desa Balleanging, Kecamatan Ujungloe, Kabupaten Bulukumba, mendadak menjadi pusat perhatian.
Proyek Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) yang diharapkan menjadi jawaban atas kebutuhan akses dan pembangunan, kini justru memantik kontroversi.Bacaan LainnyaDugaan ASN Tidak Netral dalam Pilkada Serentak Makassar 2024 Kordinator FAK Sarankan Laporkan Ke BawasluLayanan Publik Terancam, Trisula Kunjungi DapilnyaPelajar SMAN 1 Kota Agung Tanggamus Divonis Kanker, Keluarga Kurang Mampu Butuh Bantuan
Proyek bernilai Rp500 juta yang dilaksanakan secara swakelola oleh Kelompok Kerjasama Antar Desa (KKAD) Siparappi, menjadi sorotan atas dugaan penyimpangan spesifikasi teknis dan keterlambatan pelaksanaan.
Spanduk proyek yang berdiri di tepi jalan berdebu Dusun Mattoangin mencantumkan tujuan mulia pembangunan talud, perkerasan jalan lapis pondasi bawah, dan plat duiker.
Namun, di balik janji tulisan yang tertera, warga mulai bertanya-tanya. Salah seorang warga, yang meminta namanya dirahasiakan, mengungkapkan keraguan atas pelaksanaan pembangunan talud.
“Kami hanya melihat penimbunan jalan, pondasi pinggir, dan plat duiker. Talud seperti yang dimaksud di spanduk itu tidak terlihat sama sekali, ataukah memang hanya seperti itu?”, ujarnya dengan nada resah pada Sabtu, 7 Desember 2024.
Pertanyaan serupa juga menggema di tengah masyarakat lainnya. Mereka bertanya-tanya apakah proyek ini benar-benar sesuai dengan spesifikasi teknis yang dijanjikan atau hanya sebuah bayangan dari realitas yang jauh berbeda.
Waktu yang Terbuang
Keterlambatan pelaksanaan proyek menambah bahan bakar pada api kritik. Berdasarkan spanduk proyek, pekerjaan yang dimulai pada 28 Agustus 2024 seharusnya rampung pada 25 November 2024.
Namun, hingga Desember, jalan masih belum selesai. Waktu yang terus melampaui batas ini menjadi tanda tanya besar, terutama bagi warga yang sehari-hari menggunakan jalur tersebut untuk beraktivitas.
Muslim, Koordinator Advokasi dari LSM Komite Konsolidasi Rakyat Bulukumba (KKRB), turut angkat bicara. Dalam inspeksi ke lokasi, ia mencatat minimnya transparansi informasi pada spanduk proyek. “Volume pekerjaan seperti panjang jalan tidak disebutkan. Ini rawan penyimpangan karena pengawasan menjadi sulit,” tegasnya, seraya mendesak adanya klarifikasi lebih lanjut.
Ketua KKAD Siparappi, selaku pengelola proyek, memberikan respons terbatas saat dihubungi. Ia mengaku baru saja menghadiri rapat di Makassar terkait proyek tersebut. Namun, alih-alih meredakan keresahan, tanggapannya malah menyisakan lebih banyak pertanyaan. Sambungan telepon yang terputus tiba-tiba mengesankan ada sesuatu yang disembunyikan.
Sementara itu, warga yang merasa kecewa mulai bergerak. Didampingi oleh LSM KKRB, mereka merencanakan langkah hukum dengan melaporkan dugaan penyimpangan ini ke kejaksaan. Harapan mereka hanya satu transparansi dan akuntabilitas.
Proyek PISEW di Dusun Mattoangin Desa Balleanging seharusnya menjadi pijakan awal untuk memperbaiki infrastruktur dan ekonomi masyarakat desa.
Namun, polemik yang terjadi mencerminkan realitas suram pengelolaan dana publik di tingkat lokal. Warga berharap audit independen segera dilakukan, memastikan bahwa proyek ini berjalan sesuai aturan dan benar-benar memberikan manfaat. (red)*