Peluang dan Tantangan Asuransi Digital di Indonesia menurut OJK
Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat peluang besar dalam pengembangan layanan asuransi digital (LAD) di Indonesia, terutama dengan kemampuannya untuk menjangkau segmen masyarakat yang lebih luas dibandingkan distribusi konvensional.
Namun, ada tantangan signifikan yang harus diatasi untuk memastikan keberlanjutan layanan ini. Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Iwan Pasila menjelaskan bahwa potensi asuransi digital masih sangat besar, terutama dalam meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia.
“Potensi masih besar mengingat dengan teknologi digital dapat melakukan penetrasi yang lebih dalam dari distribusi konvensional,” kata Iwan kepada Bisnis, pada Kamis (9/1/2025).
Iwan menjelaskan bahwa saat ini produk yang dapat dipasarkan melalui LAD masih terbatas pada proteksi sederhana dengan waktu pertanggungan yang pendek.
Hal ini membuat besaran premi jauh lebih kecil dibandingkan premi asuransi pada umumnya. Namun, dia menambahkan bahwa skala bisnisnya jauh lebih besar, sehingga potensi economic scale tetap signifikan.
Iwan juga menyoroti penggunaan teknologi digital oleh sejumlah perusahaan untuk penetrasi ke segmen mikro. Produk proteksi dengan premi rendah, mulai dari Rp50.000 hingga Rp100.000 per tahun, memiliki daya tarik yang signifikan.
“Beberapa perusahaan juga memanfaatkan teknologi digital untuk penetrasi ke segmen mikro, dengan menjual produk proteksi dengan premi yang kecil, sekitar Rp50.000 atau Rp100.000 per tahun, namun size-nya besar. Perusahaan seperti ini bisa menghasilkan polis sekitar 1,5 juta hingga 2 juta polis per bulan. Bahkan sekarang ada yang mengembangkan penetrasi ini dengan pembayaran premi mingguan,” ungkapnya.
Menurut Iwan, model bisnis ini memungkinkan perusahaan asuransi digital untuk menjangkau masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau oleh layanan asuransi tradisional.
Meski potensinya besar, Iwan menekankan bahwa ada tantangan besar dalam memastikan keberlanjutan produk asuransi digital.
Salah satu tantangan utama adalah kontinuitas produk karena jangka waktu perlindungan yang relatif singkat dan belum adanya mekanisme pembaruan otomatis (automatic renewable).
“Tantangan lain adalah pada mekanisme pembayaran, karena umumnya pembayaran premi tidak dilakukan melalui transfer rekening nasabah seperti pada asuransi konvensional,” katanya.