Pembiayaan Alat Berat Clipan Finance (CFIN) Tembus Rp400 Miliar per November 2024
Bisnis.com, JAKARTA— PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) mencatatkan pencapaian positif dalam penyaluran pembiayaan alat berat hingga November 2024. Direktur Utama Clipan Finance, Harjanto Tjitohardjojo, mengungkapkan bahwa perusahaan telah membukukan produksi pembiayaan alat berat lebih dari Rp400 miliar.
“Faktor yang memengaruhi pencapaian ini adalah pembangunan infrastruktur di Indonesia serta harga komoditas yang membaik,” kata Harjanto kepada Bisnis pada Minggu (8/12/2024).
Meski tren permintaan alat berat pada tahun ini menunjukkan peningkatan, Clipan Finance tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan. Harjanto menegaskan bahwa perusahaan tidak mengambil langkah terlalu agresif meski permintaan alat berat didorong oleh kebijakan pemerintah terkait hilirisasi sumber daya alam.
“Kebijakan pemerintah terkait hilirisasi cukup memberikan dampak pada peningkatan permintaan alat berat. Namun, dari perusahaan, kami tidak terlalu agresif dalam memberikan pembiayaan alat berat di tahun ini,” tambahnya.
Melihat prospek tahun 2025, Harjanto memperkirakan adanya peningkatan pembiayaan alat berat seiring berlanjutnya implementasi kebijakan hilirisasi. Kebijakan hilirisasi, yang bertujuan meningkatkan nilai tambah produk komoditas dan mendorong industrialisasi domestik, telah menjadi pendorong utama permintaan alat berat di berbagai sektor.
Namun, tantangan dalam implementasi kebijakan ini membuat pelaku industri pembiayaan seperti Clipan Finance tetap selektif dalam menyalurkan kredit.
“Perusahaan akan terbuka terhadap peluang apabila penerapan kebijakan hilirisasi berjalan lancar, namun tetap memprioritaskan prinsip kehati-hatian,” ujar Harjanto.
Di sisi lain, berdasarkan data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) produksi alat berat saat ini tercatat mencapai 5.138 unit pada Januari–September 2024. Angka produksi tersebut turun 17,77% dari periode yang sama tahun lalu yakni 6.248 unit. Meskipun ada tren penurunan, Hanabi optimistis target produksi alat berat konstruksi dan pertambangan sebanyak 8.000 unit tahun ini akan tercapai.
Ketua Umum Hinabi Giri Kus Anggoro menyebut tren pasar alat berat di Indonesia fluktuatif dipengaruhi oleh harga-harga komoditas dan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur. Selain itu, pasar alat berat di Indonesia cenderung konservatif ‘wait and see’ dalam menyikapi kegiatan politik, terutama pada Pilpres 2024 dan kondisi ekonomi/geopolitik global yang belum membaik.
Kondisi ini juga disertai maraknya penggunaan alat berat impor terutama merek China yang membuat persaingan pasar alat berat di Indonesia kian ketat. Hal tersebut yang menjadi biang kerok pada penurunan produksi alat berat dalam negeri di kuartal pertama dan kedua tahun ini.
Kendati demikian, pemulihan produksi pada kuartal ketiga ini dinilai menjadi tanda bahwa aktivitas produksi akan terus tumbuh mengingat kebutuhan alat berat masih cukup tinggi terutama di sektor tambang, agro, kehutanan maupun konstruksi.