Pemimpin Baru Hizbullah Serukan Pasukan Israel Tinggalkan Lebanon
Pemimpin baru kelompok Hizbullah, Naim Qassem, menyerukan pasukan Israel untuk segera meninggalkan wilayah Lebanon saat pertempuran kedua pihak terus berlanjut. Qassem menegaskan para petempur Hizbullah siap dan sanggup untuk bertempur selama berbulan-bulan.
Qassem, dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Kamis (31/10/2024), memperingatkan Israel bahwa mereka akan menanggung konsekuensi besar jika pasukannya tetap berada di dalam wilayah Lebanon.
"Keluar dari tanah kami untuk mengurangi kerugian Anda. Jika Anda tetap tinggal, maka Anda akan membayar harga lebih dari yang pernah Anda bayarkan seumur hidup Anda," tegas Qassem dalam pidatonya yang direkam lebih awal dan dirilis pada Rabu (30/10).
Lebih lanjut, dia menyatakan Hizbullah dapat menjalani pertempuran jangka panjang "selama berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan".
Pidato ini merupakan yang pertama disampaikan Qassem setelah Hizbullah, pada Selasa (29/10), mengumumkan dirinya sebagai pemimpin baru yang menggantikan mendiang Hassan Nasrallah yang tewas dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut pada 27 September lalu.
Dalam pidatonya, Qassem mengatakan dirinya akan tetap berpegang pada strategi perang yang ditetapkan pendahulunya, mendiang Nasrallah. Dia berjanji untuk melanjutkan "rencana perang yang dia (Nasrallah-red) kembangkan bersama para pemimpin" Hizbullah.
Ditegaskan juga oleh Qassem dalam pidatonya bahwa Hizbullah, yang didukung Iran ini, bertempur melawan militer Israel untuk mempertahankan wilayah Lebanon, bukan karena pengaruh asing.
Dia mengatakan Hizbullah "tidak bertempur atas nama siapa pun", dan menyatakan Iran "mendukung kami tetapi tidak menginginkan imbalan apa pun".
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Pemimpin Baru Hizbullah Terbuka untuk Gencatan Senjata Jika Syarat Sesuai
Qassem, dalam pidatonya, juga mengatakan dirinya terbuka untuk merundingkan gencatan senjata dengan Israel jika persyaratannya "sesuai". Namun dia menambahkan bahwa sejauh ini belum ada kesepakatan pantas yang ditawarkan oleh Tel Aviv.
"Jika Israel memutuskan ingin menghentikan agresi mereka, kami mengatakan kami menerima, namun dengan persyaratan yang kami anggap pantas dan sesuai," tegasnya.
Dia mengatakan bahwa Hizbullah belum menerima proposal gencatan senjata yang kredibel, dan saat ini upaya politik untuk mencapai kesepakatan belum membuahkan hasil.
Ditegaskan juga oleh Qassem bahwa Hizbullah "tidak akan memohon untuk gencatan senjata".