Pemprov Jakarta Imbau Warga Tak Panik Hadapi Penyebaran Virus HMPV
JAKARTA, KOMPAS.com- Pemerintah provinsi (Pemprov) Jakarta mengimbau masyarakat agar tidak panik terkait penyebaran virus Human Metapneumovirus (HMPV).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta, Ani Ruspitawati menyatakan, HMPV bukanlah virus baru dan telah lama dikenal di dunia medis sejak 2001.
“HMPV ditemukan pada 2001. Jadi, virus ini bukanlah virus baru, tidak seperti Covid-19 yang memang baru pertama kali ditemukan di tahun 2020 lalu,” kata Ani dalam keterangannya, Kamis (9/1/2025).
Namun, HMPV merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA).
Gejala ISPA akibat HMPV serupa dengan infeksi saluran napas lainnya, seperti batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas.
Jika infeksi menyerang saluran napas bawah, penyakit dapat berkembang menjadi bronchitis atau pneumonia.
“Oleh karenanya, Kami mengimbau masyarakat tidak panik, namun tetap waspada. Walaupun mayoritas penderita ISPA akibat HMPV tidak mengalami sakit berat, namun pada kelompok rentan, yaitu pada kalangan anak, lansia, dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi ini dapat menjadi lebih berat dan membutuhkan perawatan untuk penderitanya,” ungkap Ani.
Dinas Kesehatan mencatat jumlah penderita ISPA di Jakarta mengalami peningkatan sejak November 2024.
Pola ini disebut berulang setiap tahun, dengan lonjakan kasus menjelang akhir hingga awal tahun.
“Dari data hasil pemeriksaan, menunjukkan kasus ISPA yang disebabkan oleh HMPV sudah ada sejak 2022 di Jakarta. Virus penyebab ISPA selain HMPV, yang saat ini beredar dan dominan adalah virus influenza tipe A H1N1 pdm2009, Rhinovirus dan Respiratory Syncytial Virus," kata dia.
Sesuai data yang diperoleh Dinas Kesehatan, jumlah penderita ISPA akibat HMPV sebanyak 19 kasus (2022), 78 kasus (sampai Oktober 2023) dan 100 kasus (2024). Data ini akan terus dilengkapi melalui koordinasi dengan berbagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Laboratorium yang ada di Jakarta.
Masyarakat diimbau menerapkan pola hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti rajin mencuci tangan, menggunakan masker saat sakit, dan menerapkan etika batuk.
Masyarakat juga diminta untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala seperti batuk, demam, hidung tersumbat, hingga sesak napas.
“Kami menyiapkan fasilitas untuk menangani kasus ISPA dan penyakit menular. Ke depan, Kami akan memperkuat system kewaspadaan penyakit berpotensi wabah dengan mengembangkan sistem surveilans penyakit berbasis laboratorium, untuk melengkapi system surveilans ILI & SARI (Influenza-Like Illnesses & Severe Acute Respiratory Infection) yang telah ada sebelumnya,” kata Ani.