Penampakan Gedung SMAN 2 Cibitung yang Diduga Pungli untuk Bikin Pagar Sekolah

Penampakan Gedung SMAN 2 Cibitung yang Diduga Pungli untuk Bikin Pagar Sekolah

BEKASI, KOMPAS.com - Pihak SMAN 2 Cibitung, Kabupaten Bekasi, membantah melakukan pungutan liar (pungli) untuk membuat pagar dan bangunan sekolah.

Meski demikian, Humas SMAN 2 Cibitung, Nana mengakui bahwa sekolah melalui komite sekolah telah meminta uang kepada siswa atau wali murid yang sifatnya sumbangan, bukan pungli.

Sumbangan itu diperintukkan untuk menguruk halaman sekolah yang kerap tergenang air jika hujan turun.

"Sekarang punglinya di mana? Itu sumbangan, sukarela. Tinggal terserah orangtua mau nyumbangnya berapa? Bahkan ada yang tidak nyumbang," kata Nana saat ditemui Kompas.com di SMAN 2 Cibitung, Kamis (5/12/2024).

Penelusuran Kompas.com di lokasi, SMAN 2 Cibitung terlihat tak terpagar.

Hal ini membuat kambing milik warga sekitar begitu leluasa memasuki area lingkungan sekolah untuk memakan rerumputan.

Sekolah tersebut juga tampak tak memiliki kantong parkir kendaraan untuk pelajar dan pegawai.

Puluhan sepeda motor milik peserta didik tampak terparkir di halaman depan gedung utama. Beberapa sepeda motor juga terpantau berada di halaman dalam gedung utama.

Ketika Kompas.com memasuki area dalam sekolah, tidak terlihat adanya tanah-tanah bekas pengurukan di halaman maupun pekarangan sebagaimana dalih pihak sekolah.

ACHMAD NASRUDIN YAHYA/KOMPAS.com Halaman utama SMAN 2 Cibitung, Kabupaten Bekasi.

Meski demikian, halaman sekolah terlihat sudah diuruk sejak lama. Hal ini terlihat dari permukaan halaman yang lebih tinggi dari permukaan sawah yang berada persis di samping sekolah.

Nana mengatakan, pengurukan halaman yang bersumber dari dana sumbangan peserta didik bukan berlangsung baru-baru ini.

Sejak SMAN 2 Cibitung beroperasi pada 2017, sekolah telah meminta sumbangan untuk pengurukan halaman sekolah hingga kini.

Nana mengaku heran kebijakan sumbangan untuk pengurukan halaman sekolah justru baru dikeluhkan oleh wali murid belakangan ini.

"Saya juga enggak tahu itu kenapa bisa baru sekarang terjadi seperti itu. (Yang dulu) nerima-nerima saja, dan dulu pun tidak pernah terealisasi (keseluruhan)," tutur Nana.

Diberitakan sebelumnya, seorang pelajar SMAN 2 Cibitung, Kabupaten Bekasi yang belum diketahui identitasnya mengungkap dugaan pungutan liar (pungli) di sekolahannya.

Pelajar itu mengadu dugaan pungli di SMAN 2 Cibitung ke politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ronald Aristone Sinaga. Aduan ini diviralkan Ronald melalui akun Instagramnya, @brorondm.

Ronald turut menunjukkan beberapa tangkapan layar yang berisi pesan aduan pelajar tersebut melalui direct message.

Dalam isi unggahan itu, sang pelajar mengungkapkan, pihak sekolah meminta uang Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta kepada 600 pelajar di SMAN 2 Cibitung.

Uang ini diklaim untuk pembuatan pagar dan bangunan sekolah.

Namun, setelah pelajar membayar, pihak sekolah urung merealiasikan pembuatan pagar dan bangunan sekolah.

Pelajar dan wali murid merasa menjadi korban dugaan pungli di SMAN 2 Cibitung.

"Saya selaku siswa SMA tersebut telah menjadi korban dugaan pungli. Tak hanya saya, 600 orangtua pelajar pun terkena imbasnya," kata pelajar tersebut, dikutip dari tangkapan layar unggahan Ronald, Kamis.

Pelajar ini mengaku sempat mengadu praktik dugaan pungli di SMAN 2 Cibitung ke nomor kontak Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Namun, karena nomor Gibran tak aktif, dia akhirnya memilih mengadu kasus ini ke Ronald.

Ia terpaksa mengadu lantaran pihak sekolah diduga mengancam siswa tidak bisa mengikuti ujian akhir semester (UAS) apabila tidak memberikan uang pembuatan pagar dan bangunan.

"Masalahnya kalau enggak bayar, enggak dikasih kertas ulangan, bang. Gimana mau maju Indonsia emas," keluh pelajar tersebut.

Sumber