Peneliti Sebut Banjir di Bandar Lampung Pasti Terjadi, tapi Dampaknya Dapat Dikurangi...

Peneliti Sebut Banjir di Bandar Lampung Pasti Terjadi, tapi Dampaknya Dapat Dikurangi...

LAMPUNG, KOMPAS.com - Banjir yang melanda Kota Bandar Lampung pada Jumat (17/1/2025) dianggap sebagai fenomena yang hampir setiap tahun terjadi.

Peneliti dari Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung, Arif Rohman, mengatakan bahwa banjir di perkotaan memang tak bisa dihindari, tetapi dampaknya bisa dikurangi.

Arif, yang juga Wakil Rektor Itera Lampung, menjelaskan bahwa fenomena banjir yang melibatkan hujan deras, meluapnya sungai, dan kawasan perkotaan yang terendam sudah menjadi rutinitas tahunan.

"Yang sering kita lupakan adalah bahwa banjir bukan hanya peristiwa alam, tetapi juga hasil dari interaksi manusia dengan lingkungan," kata Arif melalui keterangan tertulis pada Sabtu (18/1/2025).

Menurutnya, manusia bertanggung jawab atas perubahan lingkungan yang memperburuk banjir. Untuk itu, upaya pengelolaan yang lebih bijak dan berkelanjutan sangat diperlukan.

Arif menjelaskan bahwa banjir adalah bagian dari siklus hidrologi alami. Ketika curah hujan tinggi, air yang turun akan mencari jalannya, terutama ke daerah yang secara alami merupakan dataran banjir.

Namun, pesatnya urbanisasi menyebabkan air kehilangan tempat resapannya, sehingga aliran permukaan meningkat drastis dan menyebabkan genangan.

"Alih-alih terus menyalahkan cuaca atau kondisi geografis, pendekatan yang lebih tepat adalah memahami bahwa banjir pasti terjadi, tetapi dampaknya bisa dikurangi," ujar Arif.

Untuk menanggulangi banjir, Arif menyarankan penerapan strategi pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction/DRR), yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya mitigasi, seperti peningkatan kapasitas drainase, penerapan konsep kota spons (sponge city), dan optimalisasi lahan hijau sebagai daerah resapan.

Namun, ia menekankan bahwa banyak kota masih mengandalkan solusi jangka pendek, seperti pompa air dan peninggian tanggul, yang hanya memberikan solusi sementara tanpa menyelesaikan akar masalah.

Selain itu, Arif juga mengingatkan bahwa banjir bukan hanya masalah lokal, melainkan juga merupakan dampak dari perubahan tata guna lahan di tempat lain. Deforestasi di daerah hulu dapat meningkatkan limpasan air ke daerah hilir, sehingga meningkatkan risiko banjir.

"Dengan prinsip yang sama, jika banjir terjadi di Way Lunik, maka seharusnya kita dapat mengidentifikasi daerah mana saja yang berkontribusi besar dalam mengalirkan air ke sana," ujarnya.

Sumber