Pengakuan Penimbun Kucing di Warung Magelang: Tak Tega dan Ingin Merawat

Pengakuan Penimbun Kucing di Warung Magelang: Tak Tega dan Ingin Merawat

MAGELANG, KOMPAS.com - E, penimbun kucing di Kota Magelang, Jawa Tengah, mengambil hewan karnivora itu di berbagai tempat lantaran tidak tega.

Namun, kendala ekonomi membuat perempuan berusia 51 tahun itu tidak bisa merawat mereka secara layak.

Hingga akhirnya aktivis hewan mengevakuasi 17 kucing dari sebuah warung, tempat E dan peliharaannya tinggal selama satu bulan terakhir.

E dan belasan kucing kini tinggal di rumah kontrakan di Kelurahan Cacaban. Mereka mendapat pembiayaan dari kelompok perlindungan hewan bernama Jakarta Animal Aid Network (JAAN).

E mengaku telah mengambil banyak kucing sejak lebih kurang 3 tahun lalu. Sampai saat ini dia menaksir sedikitnya 50 kucing, termasuk yang sudah mati, berhasil dikumpulkan.

“Saya nggak tega (ketika) lihat (kucing) di jalan. Tapi, saya welcome kalau mau ada yang adopsi,” tuturnya di kontrakannya, Rabu (30/10/2024).

Hidup E berpindah-pindah kontrakan hingga terakhir dievakuasi dari warung di Kampung Kluyon, Kecamatan Magelang Utara. Empat bulan terakhir aktivitas jualan lumpia dia tinggalkan lantaran penjualan menurun dan beralih jadi buruh cuci pakaian.

Sejak saat itu dia kewalahan untuk memberi makan kucing-kucingnya. Satu demi satu kucing lantas mati hingga tersisa 17 ekor yang kini masih hidup.

KOMPAS.com/Egadia Birru Warung milik Ahmadi yang sempat dihuni 17 kucing berikut pemiliknya di Kampung Kluyon, Magelang, Selasa (29/10/2024).

Di antara kucing yang sudah mati, bangkainya tidak E kuburkan dengan alasan tidak menjumpai tanah. Ia pun membungkus dan menyimpannya. Agar baunya tidak menyengat, dia menaburi bangkai dengan bubuk kopi.

“Saya mau merawat tapi nggak tahu diri. Saya cuma punya kasih sayang,” cetusnya.

E hidup sendirian. Dia bilang pernah menikah tiga kali dan semua berakhir dengan perceraian.

“Saya pernah di-KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) sama suami yang pertama. Saat itu saya sedang hamil, lalu keguguran,” beber dia.

Ia ingin kembali ke rumah orang tuanya di Yogyakarta walau entah kapan. E, dengan seizin aktivis JAAN, juga akan memboyong dua ekor kucing ke sana.

Aktivis JAAN, Mustika mengatakan, sebanyak 17 kucing telah menjalani perawatan di klinik hewan. Hasil pemeriksaan menunjukkan belasan kucing terserang bakteri dan kondisinya kurus.

JAAN membuka donasi perawatan kucing dan sewa kontrakan lantaran tidak bisa menanggung biaya yang menembus Rp 34 juta.

“Nantinya kucing juga bisa diadopsi asal dipelihara dengan layak,” imbuhnya.

Sumber