Pengamat: Tawuran Remaja Sering Terjadi karena Hanya Jalanan yang Memeluk Mereka

Pengamat: Tawuran Remaja Sering Terjadi karena Hanya Jalanan yang Memeluk Mereka

JAKARTA, KOMPAS.com - Tawuran remaja di Jakarta kembali menjadi sorotan setelah insiden terbaru di depan Apartemen Bassura, Jalan Basuki Rahmat, Jatinegara, mengakibatkan satu orang tewas akibat sabetan senjata tajam.

Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, kurangnya perhatian dan panggung untuk menyalurkan bakat di lingkungan sekitar menjadi salah satu pemicu terjadinya tawuran berulang tersebut.

Devie mengatakan, minimnya kegiatan di sekolah atau lingkungan juga berkontribusi membuat remaja mencari hal baru di jalanan.

“Akhirnya mereka mencari kelompoknya sendiri, mencari tiga P (perhatian, panggung, dan pujian) tadi di jalanan, karena hanya jalanan yang punya potensi untuk memeluk mereka,” ungkap Devie saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, Rabu (8/1/2025).

Devie menambahkan, kondisi ini dapat memicu remaja untuk melakukan tindakan yang membahayakan masyarakat.

“Ini menjawab kenapa tindakan mereka bisa sangat tidak manusiawi, bisa sangat mengerikan, dan semakin mengerikan tindakan mereka maka pujian, perhatian, dan panggung itu akan diperoleh,” katanya.

Lebih lanjut, Devie menjelaskan, jika sekolah tidak dapat mengakomodasi kegiatan anak remaja yang memiliki karakter berbeda-beda, maka mereka akan mencari saluran negatif seperti tawuran.

Menurut dia, berbagai penelitian sudah menunjukkan pada masa-masa tertentu, seperti liburan dan awal masuk sekolah, tawuran berpotensi terjadi.

"Ini adalah inisiasi awal di mana para senior menjaring junior, dan potensinya tinggi karena merupakan pembuktian bahwa senior ini memang benar-benar gagah,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary mengonfirmasi seorang korban tewas akibat tawuran di RS Premier Jatinegara pada Kamis (2/1/2025) dini hari.

“Saat itu, petugas Polres Metro Jakarta Timur dan Polsek Jatinegara langsung mengecek korban yang berada di IGD,” jelasnya.

Ade menuturkan, korban dibawa ke rumah sakit oleh temannya yang mengaku bahwa korban adalah korban pembegalan.

“Korban masuk ke RS Premier Jatinegara pukul 00.55 WIB dengan diantar oleh saksi E yang mengaku bahwa orang tersebut adalah korban begal. Kemudian diterima oleh saksi US untuk dibawa ke ruang IGD,” ungkapnya.

Namun, sayangnya, pukul 01.05 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia oleh dokter jaga.

“Sekitar pukul 04.00 WIB, jenazah korban dibawa ke RS Polri guna pemeriksaan lebih lanjut,” tutup Ade.

Sumber