Pengusaha Ganti Kendaraan Angkut Imbas Truk Sumbu 3 Dilarang saat Nataru
Bisnis.com, JAKARTA – Pelarangan beroperasi terhadap truk sumbu 3 yang lazim dilakukan selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 – 2025 memaksa para pengusaha memutar otak demi menyesuaikan proses bisnis dengan peraturan pemerintah.
Salah satu sektor yang rutin melakukan penyesuaian adalah ekspor. Penyelarasan dilakukan dengan berbagai macam cara. Mulai dari mengubah jenis kendaraan angkut hingga mengeluarkan biaya tambahan untuk jasa-jasa tertentu.
Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno, upaya-upaya tersebut lazim dilakukan oleh para eksportir tiap memasuki periode Nataru sebagai upaya survival.
“Akhirnya, masing-masing perusahaan survival nyari jalan sendiri-sendiri. Apakah diangkut pakai mobil kecil sampai pelabuhan, di pelabuhan baru stuffing ke container. Atau, langsung diangkut menggunakan pengawalan polisi bagi yang dekat dengan pelabuhan,” kata Benny kepada Bisnis baru-baru ini.
Kiat-kiat penyesuaian ini pun tidak lepas dari konsekuensi. Kendati tidak signifikan, kata Benny, tetapi pengusaha mengeluarkan biaya lebih untuk menjalankan bisnis secara maksimal tiap kali pelarangan diterapkan.
Konsekuensi ini, sambung dia, mesti ditempuh oleh pelaku usaha di Tanah Air lantaran ketatnya penjadwalan kapal logistik internasional. Tidak terkecuali, pada momen besar seperti Natal dan Tahun Baru.
Idealnya, ucap Benny, pemerintah tidak menerapkan pelarangan, melainkan memberikan izin dengan catatan. Misalnya, kata dia, membuat daftar pengusaha memperoleh izin ekspor dengan pengawalan dari aparat.
Kemudian, mengizinkan truk sumbu 3 beroperasi berdasarkan kewilayahan. Sebagai contoh, jelasnya, komoditas yang dikelola oleh pabrik di Ungaran dapat diekspor via pelabuhan terdekat yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah, dengan pengawalan petugas.
“Kapal itu ada closing date dan closing time. Nah, truk sumbu 3 jangan dilarang, dong,” tegasnya.
Kendati begitu, para pelaku ekspor di Tanah Air diyakini siap untuk mengatasi gejolak kondisional pada momentum Nataru nanti. Situasi terburuknya, kata Benny, turbulensi akan dialami oleh eksportir anyar yang belum berpengalaman menghadapi situasi ini.
“Mungkin teman-teman yang belum pernah lakukan bisa bertanya ke teman-teman yang sudah setiap tahun melakukan. Ya, kan? Saling berbagilah,” tuturnya.