Penyakit Mulut dan Kuku Meningkat di Semarang, Vaksinasi Sapi Segera Dilaksanakan
UNGARAN, KOMPAS.com - Dari sekitar 48.000 populasi sapi di Kabupaten Semarang, sebanyak 15.000 ekor di antaranya belum mendapatkan vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK).
Hal ini diungkapkan oleh Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, usai rapat koordinasi mengenai langkah penanganan PMK pada Rabu (8/1/2025).
"Kita saat ini melalui Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang menyiapkan vaksin untuk sapi-sapi tersebut. Ini untuk mencegah penularan PMK agar tidak merebak," kata Ngesti.
Ia menjelaskan bahwa pemilik sapi dengan jumlah hingga tiga ekor akan mendapatkan vaksin secara gratis, sementara pemilik yang memiliki lebih dari empat ekor sapi diwajibkan membayar untuk vaksin tersebut.
"Kita saat ini sedang tahap menyiapkan vaksin dan tenaganya. Disiapkan sesuai kebutuhan dan nanti akan divaksin secara serentak," ungkapnya.
Hingga Selasa (7/1/2025), tercatat terdapat 88 kasus PMK di Kabupaten Semarang, dengan rincian dua ekor sapi mati, enam sapi sembuh, dan sisanya masih dalam masa pengobatan.
Meskipun ada peningkatan kasus sejak Desember 2024, Ngesti menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Semarang tidak mengeluarkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
"Tidak ada KLB, kita berupaya menekan PMK yang terjadi. Kasus paling banyak di wilayah Kecamatan Bergas, Bancak, dan Kaliwungu, sementara di kecamatan lain ada tapi di bawah 10 kasus," ujarnya.
Ngesti menambahkan bahwa pemerintah berupaya agar PMK tidak mengganggu ekonomi masyarakat.
Ia menegaskan bahwa di Pasar Pon atau Pasar Hewan Ambarawa, seluruh hewan yang akan masuk harus divaksin.
"Kalau sudah terpapar ya tidak boleh masuk pasar, harus dibawa pulang," tegasnya.
Berdasarkan pengalaman dari merebaknya PMK pada tahun 2022, saat ini tidak ada kebijakan penutupan pasar hewan.
Ngesti menjelaskan bahwa sapi perah yang terkena PMK mengalami penurunan produksi susu dari normal 16-18 liter per hari menjadi hanya empat hingga lima liter.
"Untuk pemulihan kondisi butuh sampai tiga bulan, tentu ini membutuhkan biaya tambahan. Sapi daging jika terkena PMK juga memerlukan waktu pemulihan hingga dua bulan, dan harganya bisa turun sampai 50 persen," paparnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan, Riyadi, menyatakan bahwa para peternak di wilayahnya meningkatkan kewaspadaan terhadap merebaknya PMK.
"Saat ini memang belum ada kasus PMK di Kadirejo. Kami melakukan upaya pencegahan dengan vaksin, menjaga kebersihan kandang, dan memperbaiki kualitas pakan," ujarnya.