Penyebaran PMK di Jateng dan Daerah yang Mengalami Serangan Masif...

Penyebaran PMK di Jateng dan Daerah yang Mengalami Serangan Masif...

SEMARANG, KOMPAS.com – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali merebak di Jawa Tengah.

Pada pekan pertama Januari 2025, sebanyak 2.026 sapi dilaporkan terinfeksi PMK, meningkat dari 1.638 kasus yang tercatat pada 5 Januari 2025.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah, Hariyanta Nugraha, menyampaikan bahwa dari jumlah tersebut, sebanyak 25 sapi dinyatakan sembuh, 52 ekor mati, dan 12 ekor dipotong.

Sementara itu, 1.937 sapi masih dalam proses penanganan.

Untuk mengatasi wabah ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah telah memulai langkah-langkah seperti vaksinasi dan disinfeksi kandang.

Selain itu, tim penanganan khusus telah dibentuk untuk mempercepat eliminasi penyakit yang disebabkan oleh Apthovirus.

“Kami sudah membentuk tim yang berkoordinasi dari pusat, provinsi, hingga kabupaten. Pada Minggu (5/1/2025), kami mendapat alokasi 8.750 dosis vaksin yang langsung didistribusikan ke sejumlah kabupaten. Penyemprotan disinfektan juga dilakukan di pasar hewan dan kandang,” ujar Hariyanta melalui sambungan telepon, Selasa (7/1/2025).

Selain vaksinasi dan disinfeksi, tim investigasi juga diturunkan untuk mengidentifikasi sapi yang terinfeksi. Tim ini melakukan pemeriksaan lapangan, sosialisasi, dan edukasi terkait PMK kepada peternak.

Dok. DKP3 Sragen MEWABAH Petugas tengah melakukan vaksinasi sapi untuk mecegah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah (Jateng), pada Selasa (7/1/2024).

Beberapa wilayah di Jawa Tengah mengalami serangan PMK yang cukup masif, antara lain Blora, Wonogiri, Sragen, dan Pati.

Menurut Hariyanta, penyebaran PMK dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kurangnya cakupan vaksinasi berkala dan transaksi ternak lintas wilayah, terutama di pasar-pasar hewan perbatasan.

“Sebelum PMK merebak di Jateng, Jatim sudah terdampak lebih dulu. Pasar-pasar di perbatasan yang melibatkan ternak dari kedua provinsi menjadi potensi penyebaran melalui lalu lintas ternak,” jelasnya.

Hariyanta menegaskan bahwa meskipun PMK tidak menular ke manusia, kondisi ini memengaruhi nilai jual ternak.

Daging sapi dari hewan yang terinfeksi masih dapat dikonsumsi, kecuali bagian mulut, telapak kaki, dan jeroan.

“Kami mengimbau peternak untuk menjaga kebersihan kandang, melakukan disinfeksi secara rutin, dan membatasi akses hewan atau manusia ke kandang. Jika sapi sakit, tetap usahakan diberi makan dengan cara diloloh agar tubuhnya tetap memiliki energi dan kekebalan,” katanya.

Melalui langkah-langkah ini, pemerintah berharap penyebaran PMK di Jawa Tengah dapat segera dikendalikan, dan kesehatan ternak kembali terjaga.

 

Sumber