Perjuangan Guru SD Bawa Pembelajaran Digital di Pedalaman Tanpa Internet

Perjuangan Guru SD Bawa Pembelajaran Digital di Pedalaman Tanpa Internet

BANDUNG, KOMPAS.com - Roni Hariyanto Bhidju merupakan guru di daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T). Saat awal memutuskan menjadi guru di sana, banyak yang mempertanyakan untuk apa.

Sebab saking terpencilnya, tak banyak orang tahu keberadaan sekolah tersebut. Bahkan daerah tersebut tidak terjamah internet.

Namun Roni bergeming. Ia tetap mengajar di SDN Fatubai, Desa Oehalo, Kecamatan Insana Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ada dua cara yang ingin dilakukannya untuk mengembaangkan dan mempublikasi SDN Fatubai. Pertama peningkatan kompetensi guru. Kedua peningkatan kompetensi belajar siswa.

"Ini perlu karena kehidupan masyarakat di sana cukup prihatin, kalau kita lihat data siswa, status pendidikan orangtua mayoritas tamat SD dan pekerjaan mereka hanya bertani dan kuli bangunan,” ungkap dia di Bandung, Senin (9/12/2024).

Tekadnya semakin besar setelah dirinya terpilih mengikuti ajang kompetensi Guru Unggul dan masuk sepuluh besar se-Indonesia.

Ia pun berkesempatan mengikuti bootcamp Pijar Sekolah secara langsung. Salah satu materinya mengenai pembuatan video pembelajaran dan teknik berbicara depan publik.

Apa yang diperolehnya, ia praktekan langsung di tempat mengajarnya. Ia memanfaatkan semua fitur yang ada hingga bisa meminimalisir waktu pembuatan modul, misalnya.

"Dulu kalau buat modul bisa berjam-jam, sekarang tidak," ungkapnya.

Roni juga aktif membuat materi ajar menggunakan aplikasi presentasi yang bisa dipakai menggunakan proyektor bantuan pemerintah di sekolah.

Aplikasi itu ditampilkan di kelas dan digunakannya membuat modul ajar yang dibagikan gratis ke peserta didik.

“Ada berbagai format sehingga kita tinggal upload saja, seperti contoh tugas misalnya. Jadi, tinggal kita buatkan soalnya saja dan upload ke Pijar Sekolah,” katanya.

Meski mengajar di pedalaman yang jauh dari kota dengan infrastruktur terbatas, Roni tak ingin menyerah.

Ia punya keinginan kuat mencerdaskan siswa-siswanya, sehingga terus mencari solusi yang mampu membantunya mengatasi berbagai tantangan proses mengajar. Ia membawa perubahan proses pembelajaran berbasis digital.

“Platform ini memberikan kemudahan bagi guru dalam melakukan tugas mengajar, melaksanakan ujian, pembagian tugas, hingga pemberian nilai dan pemantauan presensi,” tambahnya.

Dia memandang, guru sebagai pendidik harus bersikap dinamis, karena setiap detik menit perubahan terjadi. Jika kompetensi tidak terasah, nanti guru tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan murid.

Saat ini, Pijar Sekolah PT Telkom sudah dimanfaatkan lebih dari 1.100 sekolah se-Indonesia hingga Juli lalu. Platform ini diharapkan bisa menciptakan kesetaraan pendidikan hingga daerah terpencil.

Sumber