Perspektif Seorang Perupa Payudara Prostetik
Apakah anda sudah mengenal Payudara prostetik? Payudara prostetik adalah payudara palsu yang terbuat dari bahan silikon yang biasanya digunakan oleh pasien kanker setelah kehilangan payudaranya.
Hal ini yang menginspirasi Desy Pujiarsi untuk belajar dan membuat payudara prostetik, demi membantu para penyintas kanker yang telah kehilangan satu bahkan seluruh payudaranya.
"Keluhannya pasien-pasien kanker payudara tuh, pas udah diangkat payudaranya, jadi suka pegal sebelah. Setahu saya, dulu, kalau orang sudah kanker payudara, terus diangkat payudaranya, biasanya pakai yang disumpel-sumpel sama kain, gitu. Buat, supaya terlihat ada payudaranya. Terus, suka naik-naik. Jadi, kayak nggak simetris," tutur Desy di program Sosok detikcom.
Dalam membuat prostetik payudara, Desy selalu mengutamakan empati kepada para klien. Meski bukan seorang penyintas kanker payudara, Desy harus memahami kekhawatiran para penyintas agar bisa mengakomodirnya dengan baik. Ia pun siap mendengarkan keluh kesah klien saat sedang berkonsultasi.
"Kita juga harus ngerti pengalamannya mereka. Jadi ya kita juga ngomongnya nggak transaksional gitu. Sambil ngobrol saya cerita, ‘Iya anak saya juga kanker, anak saya juga dikemo. Pasti berat, tapi ya dijalanin aja,’ gitu. Jadi pada saat orang-orang curhat, ya dikasih support supaya jangan sedih, jalanin aja," tutur Desy.
Sikap terbuka Desy terhadap keluh kesah klien membuat banyak orang nyaman bercerita padanya. Bahkan, tak jarang klien ‘curhat’ padanya hingga bercucuran air mata.
Kendati banyak melakukan kerja emosional seperti mendengarkan keluh kesah klien, Desy mengaku tak keberatan. Baginya, ini adalah momen untuk terkoneksi dengan para penyintas kanker.
Lima tahun lamanya berjibaku dalam pembuatan payudara prostetik, Desy belajar banyak hal. Salah satu yang paling bermakna baginya adalah pemahaman bahwa esensi menjadi wanita seutuhnya tidak akan pudar meskipun ada bagian tubuh yang hilang. "Pasien-pasien menyangkanya wanita yang utuh itu wanita yang payudaranya lengkap. Ya sebelumnya juga saya berpikir kayaknya kayak gitu, ya. Tapi setelah ada pasien yang diangkat payudaranya datang sama suaminya gitu, suaminya juga kelihatannya suportif. Jadi sebenarnya, ya sama seperti mata gitu, nggak ada matanya bukan berarti nggak utuh," jelas Desy.
"Ya saya juga cuma bisa bilangnya, sih. Walaupun ada bagian tubuh yang ‘diminta lagi sama Yang di Atas’, kalau bahasa saya sih ke anak saya gitu, matanya diminta lagi sama Allah, gitu ya, kita harus bersyukur yang penting, karena kita masih sehat," lanjutnya.
Desy bertekad untuk terus membuat payudara prostetik bagi penyintas kanker. Akan tetapi, saat ini Desy mesti mengurangi intensitas produksinya lantaran mesti mendampingi putrinya yang merupakan penyintas kanker mata untuk kemoterapi. Desy berharap, selepas kemoterapi sang putri ia bisa meningkatkan intensitas produksinya seperti sedia kala.
"Dulu sih kita nggak kepikiran bikin mata palsu, bikin payudara palsu yang ngebantuin pasien-pasien kanker. Tapi setelah dijalani, (saya) senang karena rasanya kayak bantuin anak sendiri. Karena kan anak kanker ya, jadi ingetnya ke situ terus. Mudah-mudahan tahun ini kalau misalnya anak saya sudah selesai kemo, udah mulai dibanyakin lagi stoknya," ucap Desy.