Pertumbuhan Pembiayaan P2P Lending dan Multifinance ke UMKM Lampaui Kredit Bank
Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan pembiayaan kepada segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dari industri fintech peer to peer lending (P2P lending) dan perusahaan pembiayaan (multifinance) sampai Agustus 2024 mengalahkan pertumbuhan kredit UMKM dari perbankan.
Meski demikian, secara angka memang pembiayaan yang digelontorkan dua sektor keuangan non-bank tersebut masih sangat kecil dibanding kredit perbankan.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran pembiayaan dari multifinance kepada UMKM per Agustus 2024 tumbuh 8,98% year on year (yoy) menjadi Rp182,13 triliun. Sedangkan outstanding dari P2P lending ke UMKM badan usaha tumbuh 32,87% yoy menjadi Rp4,97 triliun.
Di sisi lain, kredit UMKM dari perbankan per Agustus 2024 hanya tumbuh 4,3% yoy menjadi Rp1.379,4 triliun. Pertumbuhan tersebut terkoreksi dari pertumbuhan pada Juli 2024 yang mencatatkan pertumbuhan 5,1% yoy dengan total kredit sebesar Rp1.375,5 triliun.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan data tersebut menunjukkan fakta bahwa permasalahan dasar mengenai inklusi finansial belum terpecahkan oleh perbankan dan pemerintah untuk melakukan pendanaan ke masyarakan unbanked dan underbanked, di mana sebagian merupakan pelaku UMKM.
"Meningkatnya pembiayaan melalui platform alternatif seperti multifinance dan P2P lending menunjukkan bahwa masih ada credit gap dan pembiayaan alternatif diperlukan untuk mengisi gap itu," kata Huda kepada Bisnis, Selasa (29/10/2024).
Sementara itu, melandainya pertumbuhan kredit bank kepada UMKM menurutnya adalah bentuk kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan pinjaman mereka.
Ketika hal itu terjadi, permintaan pembiayaan akan terus tumbuh. Dengan begitu, Huda mengatakan pelaku UMKM akan mencari pembiayaan ke pembiayaan alternatif, termasuk ke multifinance dan P2P lending.
"Begitu pun ketika masyarakat unbanked dan underbanked membutuhkan pembiayaan ya mereka akan mencari yang eligible bagi mereka. Ketika perbankan tidak mampu untuk membiayai, mereka akan lari juga ke pembiayaan alternatif," pungkas Huda.