Perundingan IEU-CEPA Tak Kunjung Usai, Dubes Uni Eropa Ungkap Penyebabnya

Perundingan IEU-CEPA Tak Kunjung Usai, Dubes Uni Eropa Ungkap Penyebabnya

Bisnis.com, JAKARTA — Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Denis Chaibi, mengungkap penyebab perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa atau Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang tidak kunjung selesai meski telah dibahas selama lebih dari delapan tahun.

Chaibi memaparkan bahwa sejauh ini Indonesia telah berhasil menegosiasikan beberapa perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement. Namun, dia mengatakan perjanjian perdagangan bebas yang disepakati Indonesia utamanya terkait pengurangan tarif.

Di sisi lain, melalui perjanjian ini, Uni Eropa berniat membawa Indonesia untuk lebih terintegrasi pada rantai nilai global atau global value chain.

"Yang berarti bahwa produk masuk, mendapatkan nilai lebih, dan keluar. Jadi, ini bukan sekadar menjual produk akhir. Ini menjual produk antara dan kemudian membeli produk yang lebih baik. Itulah ambisi kami," kata Chaibi dalam Indonesia-Europe Investment Summit 2024 di Jakarta pada Senin (9/12/2024).

Untuk mencapai hal tersebut, Chaibi menyebut perlu ada beberapa sektor yang dibebaskan atau mendapat keringanan pada konten lokal atau local content serta keringanan dari sisi ekspor dan impor. Dia menuturkan, saat ini pihak Uni Eropa tengah meminta kepastian hukum dari kementerian-kementerian terkait di Indonesia untuk hal ini.

"Kepastian hukum ini akan mendatang lebih banyak investasi ke Indonesia," tambahnya.

Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan, pihaknya terus mendorong penyelesaian perundingan perjanjian IEU-CEPA. Pasalnya, perundingan kemitraan ini telah berlangsung lebih dari delapan tahun. Dia berharap, perjanjian ini sudah dapat difinalisasi pada awal tahun depan.

"Menurut saya ini sudah terlalu lama [perundingan IEU-CEPA]. Semoga kita finalisasi awal tahun depan [2025] dan tentunya kami akan terus dorong bisa selesai," kata Rosan.

Rosan memaparkan, IEU-CEPA memiliki potensi besar untuk meningkatkan kemitraan antara Indonesia dengan Uni Eropa. Peningkatan ini tidak hanya didapat dari sisi investasi, melainkan pada sektor-sektor lain mulai dari perdagangan, jasa, pendidikan, dan lainnya.

Sementara itu, Head of Trade and Economic Affairs, EU Delegation to Indonesia, Carsten Sorensen menambahkan, penetapan IEU CEPA akan menghasilkan hubungan ekonomi dan perdagangan yang jauh lebih kuat. Selan itu, melalui trickle down effect, kedua pihak dapat mengintegrasikan rantai pasokannya lebih jauh lagi.

Sorensen menyebut, masih ada beberapa poin yang perlu dipetakan pada perundingan IEU-CEPA. Menurutnya, kedua pihak harus menemukan jalan tengah yang optimal untuk menciptakan manfaat yang setara dan memungkinkan terjadinya perdagangan dan investasi riil.

"Ya, [perundingan IEU-CEPA] sudah delapan tahun, ada pasang surutnya, tetapi selama setahun terakhir, pembahasannya benar-benar meningkat di kedua belah pihak, dan kita semakin dekat. Jadi, saya pribadi sangat optimis bahwa kita akan berhasil menyelesaikannya dalam waktu dekat," kata Sorensen.

Sumber