Pesan Rusia ke Barat: Siap Gunakan Segala Cara untuk Pertahankan Diri!
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengharapkan sekutu-sekutu Barat dari Ukraina akan menganggap serius penggunaan rudal hipersonik oleh Moskow baru-baru ini dalam serangan terhadap Kyiv. Lavrov memperingatkan bahwa Rusia siap menggunakan "cara apa pun" untuk mempertahankan diri.
Dua pekan lalu, Moskow menembakkan rudal hipersonik terbaru, Oreshnik, dalam serangan terhadap kota Dnipro di Ukraina. Serangan rudal hipersonik itu dilancarkan setelah Amerika Serikat (AS) mengizinkan Kyiv menggunakan rudal jarak jauh pasokannya dalam serangan lebih dalam di wilayah Rusia.
Presiden Vladimir Putin menggambarkan peluncuran rudal Oreshnik itu sebagai uji coba rudal yang diklaimnya tidak bisa ditembak jatuh. Putin juga memperingatkan bahwa Moskow bisa mengerahkan rudal serupa dalam "kondisi tempur" jika diperlukan.
"Pesannya adalah Anda, maksud saya AS dan sekutu-sekutu AS, yang juga memasok senjata jarak jauh kepada rezim Kyiv – mereka harus memahami bahwa kami siap menggunakan cara apa pun untuk mencegah mereka sukses mewujudkan apa yang mereka sebut sebagai kekalahan strategis Rusia," tegas Lavrov dalam wawancara dengan jurnalis AS, Tucker Carlson, seperti dilansir Reuters, Jumat (6/12/2024).
"Mereka berupaya mempertahankan hegemoni mereka di dunia, di negara mana pun, di wilayah mana pun, di benua mana pun. Kami berjuang demi kepentingan keamanan kami yang sah," ucapnya.
"Kami telah mengirimkan sinyal dan kami berharap sinyal terakhir, beberapa minggu lalu, dengan sistem senjata baru yang disebut Oreshnik… ditanggapi dengan serius," ujar Lavrov dalam pernyataannya.
Meskipun bersikeras menyatakan Rusia tidak ingin memperburuk situasi dan ingin "menghindari kesalahpahaman" dengan Washington dan mitra-mitranya, Lavrov memperingatkan bahwa "kami akan mengirimkan pesan tambahan jika mereka tidak menarik kesimpulan yang diperlukan".
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Putin sebelumnya mengklaim rudal Oreshnik melesat dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara dan tidak dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut serangan rudal hipersonik itu sebagai "kegilaan terbaru Rusia" dan meminta sistem pertahanan udara diperbarui untuk menghadapi ancaman terbaru tersebut.
Lavrov, dalam pernyataannya, juga menuduh pemerintahan Presiden Joe Biden semakin meningkatkan konflik di Ukraina "untuk meninggalkan warisan seburuk mungkin kepada pemerintahan (Presiden terpilih Donald) Trump". Dia menyebut Trump, yang akan menjabat Presiden AS mulai Januari, sebagai "orang yang kuat".
"Menurut saya, dia (Trump-red) orang yang sangat kuat, orang yang menginginkan hasil, tidak suka menunda-nunda dalam hal apa pun," sebutnya.
Trump sebelumnya telah berjanji akan segera mengakhiri perang di Ukraina, namun tanpa menjelaskan bagaimana dia akan melakukannya.