Pesona Tiga KEK di Batam, Targetkan Investasi Hingga Puluhan Triliun

Pesona Tiga KEK di Batam, Targetkan Investasi Hingga Puluhan Triliun

Bisnis.com, BATAM - Badan Pengusahaan (BP) Batam terus berupaya mendorong percepatan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam.  

Seperti yang diketahui, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyetujui usulan pembentukan tiga KEK di Indonesia, salah satunya di Batam pada 29 Mei 2024 lalu.

Langkah tersebut semakin mantap tatkala Presiden Jokowi telah menetapkan KEK Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam dengan investor utama, yakni Apollo Hospitals India dan Mayapada Healthcare. Keduanya dinaungi oleh PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ).

Penetapan KEK Batam tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 39/2024 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam yang diteken Presiden Jokowi pada 7 Oktober 2024.

"Ini menjadi langkah untuk mempercepat pembangunan KEK Pariwisata dan Kesehatan Batam, ujar Pelaksana Harian (Plh) Kepala BP Batam, Purwiyanto, Selasa (8/10/2024) di Batam.

Ia menjelaskan bahwa KEK Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam ditargetkan meraup investasi sebesar Rp6,91 triliun hingga 2032, dan juga akan menyerap tenaga kerja sebanyak 105.406 orang selama 80 tahun.

Dengan demikian, sudah ada tiga KEK yang telah resmi ditetapkan pemerintah di Batam. Dua KEK lainnya yakni KEK Nongsa dan KEK Batam Aero Technic.

"Kami juga mendapat target langsung dari Kemenko Perekonomian dalam setahun ke depan sudah ada realisasi investasi untuk KEK tersebut," jelasnya.

Purwiyanto mengakui dengan kehadiran KEK terbaru ini akan memberikan dampak positif bagi Batam, baik dari segi pembangunan, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, hingga tersedianya lapangan pekerjaan dengan multiplier efek positifnya.

Untuk diketahui, KEK Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam seluas 47,17 hektare, akan berada di wilayah Sekupang 23,10 Ha (Wisata Kesehatan Terpadu) dan wilayah Nongsa seluas 24,07 hektare (Pariwisata).

Perbesar

Pada wilayah Sekupang akan dilaksanakan kegiatan utama kesehatan dengan rencana bisnis Rumah Sakit Internasional (Mayapada Apollo Batam International Hospital), Nursing Academy International, MedTech Park yang dilengkapi MICE (Meetings, Incentive, Convention & Exhibition), Perumahan Dokter, Dormitory, Hotel & Retail.

RSBP Batam beserta sarana pendukung juga akan menjadi bagian dalam KEK yang layanannya akan terintegrasi dengan Mayapada Apollo Batam International Hospital.

Sementara pada wilayah Nongsa akan dilaksanakan kegiatan utama pariwisata dengan rencana bisnis Retirement Village & Clinic dan akomodasi penunjang berupa Cottages, Bungalow serta Motel yang diperuntukan bagi wisatawan, pasien dan keluarga pendamping.

"Penetapan KEK ini telah memenuhi persyaratan pembentukkannya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus," ujarnya.

Batam merupakan kota yang letaknya sangat strategis karena berdekatan langsung dengan Singapura dan Malaysia. Hal itu juga yang akan menjadi salah satu alasan mengapa wisata medis perlu dibangun.

Tercatat 2 juta wisatawan medis asal Indonesia yang berobat ke luar negeri, sebanyak 1,5 juta dari jumlah tersebut memilih pelayanan medis di Malaysia dan Singapura.

Dari 2 juta wisatawan medis yang berobat ke luar negeri setiap tahunnya, KEK Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam akan ditargetkan untuk menyerap pasien sebanyak 2% dari jumlah tersebut atau sekitar 40.000 jiwa.

Kerjasama dengan Apollo Hospitals India ini bertujuan untuk menangani kasus-kasus kesehatan yang rumit bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga mengurangi kebutuhan berobat ke luar negeri, serta menjadikan Indonesia sebagai tujuan wisata medis.

Selain membagun Mayapada Apollo Batam International Hospital, Mayapada Healthcare juga akan mendukung Mayapada Group dalam mengelola dan mentransformasikan operasional RSBP Batam.

KEK Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam juga memungkinkan dokter dan paramedis asing untuk praktik di kawasan tersebut. Sehingga hal ini menjadi peluang bagi dokter spesialis dan perawat Indonesia untuk dapat bekerjasama dalam peningkatan keterampilan dan memastikan adanya transfer pengetahuan.

Beberapa hal mengenai relaksasi impor obat-obatan dan peralatan medis juga akan mengurangi biaya pengobatan pasien secara keseluruhan. Sehingga hal ini menjadi kunci untuk mendorong masyarakat Indonesia menjalani perawatan di dalam negeri.

Selain KEK Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam, masih ada dua lagi KEK yang sudah eksis di Batam, yakni KEK Batam Aero Technic (BAT) yang ditetapkan melalui PP Nomor 67 Tahun 2021 dengan kegiatan usaha yang bergerak di bidang produksi dan pengolahan, logistik dan distribusi, riset, ekonomi digital, pengembangan teknologi, serta ekonomi lain khususnya pesawat terbang.

Selanjutnya ada juga KEK Nongsa yang ditetapkan melalui PP Nomor 68 Tahun 2021 dengan kegiatan usaha yang bergerak di bidang riset, ekonomi digital, pengembangan teknologi, pariwisata, pendidikan,  industri kreatif dan lainnya.

KEK diusulkan oleh setiap Badan Usaha yang secara langsung berinvestasi dalam pengelolaan dan pembangunan Kawasan yang diusulkan, atau biasa disebut dengan Badan Usaha Pengelola dan Pembangun (BUPP) KEK, yang di dalamnya terdapat Pelaku Usaha. Adapun komitmen investasi terhadap 3 KEK di KPBPB Batam yaitu

Hingga akhir semester I/2024, dua dari tiga KEK tersebut sudah meraup sejumlah besar investasi. Misalnya KEK BAT dengan total realisasi investasi sebesar Rp884 miliar dengan 1 pelaku usaha. KEK ini juga telah menyerap sebanyak 2.070 tenaga kerja.

Kemudian KEK Nongsa dengan total realisasi investasi sebesar Rp2,96 triliun dengan 18 pelaku usaha. KEK ini juga telah menyerap sebanyak 4.723 tenaga kerja. Sedangkan KEK Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam saat ini belum ada realisasi investasi karena baru ditetapkan pada 7 Oktober 2024.

Purwiyanto menjelaskan sejak hadirnya KEK BAT dan KEK Nongsa, muncul jurusan vokasi khusus seperti Maintenance, Repair, & Overhaul (MRO) Pesawat Terbang dan IT Digital yang dihadirkan oleh beberapa perguruan tinggi di Batam seperti Politeknik Negeri Batam. Sekolah tinggi ini juga telah berkolaborasi dengan kedua KEK ini khususnya dalam perekrutan tenaga kerja yang didominasi oleh tenaga kerja lokal dan anak  bangsa.

Terhadap program pelatihan, KEK Nongsa saat ini tengah aktif mengembangkan digital community dengan menyediakan co-working space, fasilitasi pelatihan bersama perusahaan digital internasional, dan program-program lainnya. Sejak diselenggarakannya program tersebut, saat ini KEK Nongsa telah meluluskan 5.390 mahasiswa baik lokal maupun nasional hingga Semester I/2024.

Dalam penyelenggaraannya, KEK Nongsa bekerja sama dengan

Hingga semester I/2024, realisasi investasi kedua KEK di Batam sudah mencapai Rp3,85 triliun. Sementara itu, realisasi investasi Batam pada periode yang sama sebesar Rp12,31 triliun, sehingga KEK BAT dan KEK Nongsa telah berkontribusi sebesar 31% terhadap investasi di Batam.

Secara umum, KEK di Indonesia dirancang untuk menarik investasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing nasional serta kawasan tertentu.  

Pengembangan KEK di Batam juga tidak pernah lepas dari tantangan. Purwiyanto menjelaskan persoalan utama dimulai dari keterbatasan ketersediaan infrastruktur. KEK di Batam merupakan KEK yang membutuhkan energi listrik, air, dan jaringan telekomiunikasi dengan kuantitas yang cukup besar seperti industri data centre dan MRO Pesawat.

“Dalam hal ini BP Batam tidak berperan sendiri dalam pemenuhan infrastruktur tersebut, namun juga turut berkoordinasi bersama pemangku kepentingan lainnya agar suplai energi dan infrastruktur di kedua KEK sesuai dengan demand yang dibutuhkan,” ungkapnya.

Perbesar

Selanjutnya regulasi dan birokrasi yang dinamis. Sejak penetapan PP Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan KEK dengan penawaran insentif fiskal dan non-fiskal di dalamnya, hal ini belum seluruhnya diimplementasikan melalui peraturan atau kebijakan turunan di lapangan bagi masing-masing pemangku kepentingan yang pastinya melibatkan berbagai pihak.

Kemudian KEK di Batam juga menghadapi persaingan ketat dari negara tetangga. Pemberlakuan insentif pada KEK di Indonesia dengan apa yang diterapkan oleh negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, membuat banyaknya perbandingan kemudahan investasi yang masuk.

KEK di Batam juga sangat ketergantungan pada pemodalan Asing dan keterbatasan pasar domestik. Terakhir ketersediaan lahan dan tata ruang.

“Keterbatasan lahan yang sesuai untuk pengembangan industri menjadi tantangan. Sengketa lahan, kesesuaian tata ruang dan perizinan penggunaan lahan seringkali menjadi isu strategis yang pada akhirnya menjadi hambatan dalam pengembangan KEK,” pungkasnya.

Sumber