Pilkada Depok 2024, Awan Kelabu bagi PKS

Pilkada Depok 2024, Awan Kelabu bagi PKS

DEPOK, KOMPAS.com – Hasil Pilkada 2024 membawa pil pahit bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dominasi yang telah mereka pertahankan hampir 20 tahun di Kota Depok kini runtuh.

Pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang mereka usung, Imam Budi Hartono-Ririn Farabi A. Rafiq, harus mengakui keunggulan pasangan Supian Suri-Chandra Rahmansyah dari koalisi Perubahan Depok Maju.

Berdasarkan rekapitulasi penghitungan suara KPU Depok, Supian-Chandra meraih 451.785 suara, mengalahkan Imam-Ririn yang hanya memperoleh 396.863 suara.

Kekalahan ini menjadi tamparan telak bagi PKS, mengingat kota ini selama dua dekade terakhir dikenal sebagai basis kekuatan mereka.

Berikut daftar wali kota dan wakil wali kota Depok yang didukung PKS

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak, menilai kekalahan ini menandai runtuhnya kedigdayaan PKS.

“Hasil Pilkada kali ini memang menjadi awan kelabu bagi PKS. Kedigdayaan politik PKS tidak terlihat, bahkan sebaliknya, rontok di banyak tempat," kata Zaki kepada Kompas.com.

"Mitos PKS solid dan tidak terkalahkan di Depok, ternyata tidak terbukti,” tambah Zaki.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, mengungkapkan kekalahan PKS di Depok tidak lepas dari kejenuhan pemilih setelah 20 tahun kepemimpinan mereka.

“Mungkin belum ada kemajuan yang signifikan dalam menuntaskan masalah-masalah konkret di Depok, seperti macet, banjir, polusi, sampah, dan transportasi publik,” jelas Agung.

Kekalahan ini menjadi kejutan bagi PKS, terutama karena survei internal menunjukkan elektabilitas pasangan Imam-Ririn sempat unggul di angka 50-56 persen hingga dua pekan sebelum hari pemungutan suara. Namun, perubahan signifikan dalam preferensi pemilih pada pekan terakhir mematahkan prediksi tersebut.

“Kami melakukan survei terakhir sekitar satu pekan sebelum pilkada ya (masih unggul). Perubahan signifikan pemilih dalam satu pekan ini surprise buat kami,” ujar Bendahara DPD PKS Kota Depok, Ade Supriyatna.

Ade menegaskan, dinamika pemilih di minggu terakhir akan menjadi fokus evaluasi internal PKS.

“Kenapa warga Depok berubah (pilihan) dalam waktu kurang lebih sepekan itu juga harus dicari tahu. Yang jelas, semua berpulang ke (pilihan) warga Depok,” tambahnya.

Kekalahan PKS setelah beberapa periode berkuasa dianggap tak lepas dari "Anies Baswedan Effect".

Agung Baskoro menilai residu ketegangan politik di Jakarta akibat perubahan sikap PKS terhadap Anies turut memengaruhi persepsi pemilih di Depok.

“Sikap PKS yang berbalik arah dianggap sebagai bentuk inkonsistensi dalam mengusung narasi perubahan, baik di tingkat nasional maupun lokal,” ujar Agung.

Banyak warga Depok yang bekerja di Jakarta terpapar informasi terkait Pilkada Jakarta, termasuk kisah politik Anies Baswedan.

Kekecewaan ini berdampak pada pola pemilih yang disebut split ticket voting, yakni kecenderungan memilih partai atau kandidat yang berbeda antara tingkat nasional dan lokal.

Artinya, bisa jadi saat Pilpres, sebagian besar warga Kota Depok memilih paslon yang didukung PKS. Namun, hal yang sama tidak berlaku pada Pilkada.

Kekalahan ini menandai berakhirnya era kejayaan PKS yang telah memimpin Depok sejak 2005.

Dari pasangan Nur Mahmudi Ismail hingga Mohammad Idris, PKS berhasil mempertahankan kursi wali kota selama empat periode.

Namun, Pilkada 2024 membuka babak baru di Depok, dengan Supian Suri-Chandra Rahmansyah mengambil alih kepemimpinan.

Bagi PKS, kekalahan ini menjadi momen refleksi dan tantangan untuk membangun kembali kepercayaan warga di masa mendatang.

 

Sumber