Pimpinan KPK dan Dewas Harusnya Ngaca, Bukan Saling Sindir soal Nyali
Dewas dan pimpinan KPK saling sindir buntut urusan nyali memberantas korupsi dipertanyakan. Mantan penyidik KPK Yudi Purnomo Harahap mengatakan Dewas dan pimpinan KPK seharusnya sama-sama bercermin dan mengakui gagal menjalankan tugas masing-masing.
"Menurut saya, dua-duanya harus bercermin bahwa mereka harus mengakui mereka telah gagal, entah itu pimpinan, apa itu Dewas dalam menjalankan tupoksinya masing-masing," kata Yudi kepada wartawan, Sabtu (14/12/2024).
Yudi mengatakan nyali ciut pimpinan KPK saat ini juga karena Dewas yang tidak tegas. Dia berharap Dewas KPK terpilih nanti bisa tegas melakukan pengawasan terhadap pimpinan KPK.
"Menurut saya, tentu saat ini Dewas di akhir kepemimpinan KPK tentu akan menyesali bahwa ketika mereka tidak keras, tidak tegas kepada pimpinan inilah terjadi di KPK, oleh karena itu maka Dewas ke depan harus tegas dan keras kepada pimpinan KPK melanggar etik," ujarnya.
"Bagi saya, Dewas itu seharusnya kewibawaan mereka ketika mereka tegas kepada pimpinan kalau mereka tidak tegas ke pimpinan, yang terjadi mereka dianggap remeh," imbuhnya.
Nyali KPK dianggap ciut dalam memberantas korupsi di Indonesia oleh Dewas KPK. Dewas KPK menilai dalam lima tahun ini KPK kurang memiliki nyali dalam memberantas korupsi.
Pernyataan ini disampaikan Anggota Dewas KPK Syamsuddin Haris saat melaporkan kinerjanya selama lima tahun menjabat Kamis (12/12).
Syamsuddin mengatakan pimpinan KPK belum menunjukkan konsistensi dalam hal sinergitas. Hal itu terlihat dari pimpinan KPK yang memberikan keterangan berbeda satu sama lain.
"Dalam penilaian kami di Dewas, pimpinan KPK belum menunjukkan konsistensi dalam menegakkan kolegialitas dan sinergisitas. Hal ini bisa kita lihat misalnya muncul secara publik misalnya statement pimpinan A kok bisa berbeda dengan pimpinan B tentang kasus yang sama. Kami di Dewas sangat menyesalinya," sebutnya.
Syamsuddin kemudian menilai KPK saat ini nyaris tidak memiliki nyali. Dia menyebut nyali KPK kecil dalam memberantas korupsi.
"Apakah pimpinan itu ada atau memiliki nyali, mungkin ada, tapi masih kecil. Ke depan, dibutuhkan pimpinan yang memiliki nyali besar dalam pemberantasan korupsi," tutur Syamsuddin.
Sementara itu, pihak yang dikritik, yakni pimpinan KPK, malah berpandangan pernyataan Dewas KPK itu seperti komentator pertandingan sepakbola. Dia mencontohkan komentator bola yang menyebut pemain bola tidak pandai bermain.
"Kalau menurut saya, mereka yang berkomentar itu saya ilustrasikan mereka itu sebagai penonton sepakbola yang dengan bangga memberi komentar kepada pemain sepakbola seakan-akan pemain sepakbola yang sedang bermain sepakbola itu tidak pandai bermain," kata Wakil Ketua KPK Johanis Tanak saat dihubungi detikcom, Jumat (13/12).
Tanak melanjutkan ilustrasi komentator pertandingan sepakbola tersebut dalam merespons pernyataan Dewas KPK. Dia menyebut sang komentator kadang merasa lebih pandai bermain sepakbola dibanding atletnya sendiri.
"Mereka merasa merekalah yang lebih hebat bermain sepakbola daripada pemain sepakbola yang sedang mereka tonton, padahal mereka sendiri tidak bisa bermain sepakbola," ujar Tanak.