Plan Indonesia Ingin Hadirkan Akses Air Bersih di NTB, Salah Satunya untuk Cegah Stunting

Plan Indonesia Ingin Hadirkan Akses Air Bersih di NTB, Salah Satunya untuk Cegah Stunting

LOMBOK, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Yayasan Plan Indonesia, Dini Widiastuti mengatakan, masih ada sejumlah daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mengalami krisis air.

Situasi inilah yang mendasari Plan Indonesia menggelar kegiatan lari amal “Jelajah Timur 2024". 

“Di sini (NTB) desa-desa mengalami kekeringan karena memang sumber mata airnya mati, hilang saat kemarau ini,” ujar Dini Widiastuti saat ditemui di Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (26/10/2024).

Dini mengatakan, memang tidak semua daerah di NTB mengalami krisis air. Tapi, masih ada beberapa daerah yang menghadapi masalah ini, misalnya di Desa Wakan, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur; dan Desa Bilelando, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah.

Permasalahan di kedua desa ini berbeda. Desa Wakan kesulitan air bersih karena sumber mata air bersihnya jauh.

Sementara, di Desa Bilelando, mata air yang ada semuanya payau dan asin.

Sedianya, satu kilometer dari desa, ada sumber air tawar. Namun, infrastruktur di wilayah tersebut tidak mendukung untuk mengalirkan air ke desa.

“Misal air bersihnya saja sangat-sangat basic service dan kebutuhan dasar belum terpenuhi, bagaimana dengan isu-isu lain,” kata Dini.

Terlebih, berdasarkan data yang dimiliki Yayasan Plan International Indonesia, dua desa ini dinilai punya potensi tinggi terjadinya stunting.

Untuk mencegah terjadinya stunting, dilakukan langkah preventif, salah satunya dengan pemenuhan kebutuhan air bersih.

“Kalau bicara pencegahan stunting, ketersediaan air bersih untuk memastikan kesehatan anak bayi dan ibu-ibu yang sedang hamil dan menyusui. Pokoknya, 1.000 hari pertama kelahiran itu kan sangat penting. Dan, oleh karena itu, kita masuk ke desa-desa yang kita ada program pencegahan stunting,” lanjut dia.

Dini menegaskan, jika donasi dari kegiatan lari amal ini sudah terkumpul, pemberian bantuan akan dibuat sesuai dengan kebutuhan warga.

“Misal kalau di sini bangun sumur, tidak semua bangun sumur. Tapi, kalau memang di sana butuhnya pipanisasi ya pipanisasi. Atau mungkin, terkait dengan air masih payau, mungkin bakal ada treatment lain,” jelas Dini lagi.

Lebih lanjut, kata Dini, jika fasilitas ini sudah terbangun, pihaknya tidak akan langsung lepas tangan. Yayasan Plan Indonesia masih akan berkomunikasi, memantau, dan berinteraksi dengan warga setempat untuk memastikan bantuan ini digunakan dengan sebaik-baiknya.

“Beberapa tahun ke depan, kita masih ada program di sini dan di NTB kita masih punya komitmen. Saya enggak bisa janjikan sampai kapannya, tapi paling tidak memastikan bahwa masih bisa berjalan,” kata Dini.

Diketahui, sebanyak 80 pelari bergabung dalam kegiatan lari amal “Jelajah Timur 2024” yang diselenggarakan oleh Yayasan Plan International Indonesia. Melalui acara ini, para pelari dikenalkan dengan wilayah-wilayah NTB yang masih mengalami krisis air bersih.

Para pelari juga membuka tabungan donasi bagi masyarakat yang ingin ikut menyediakan sarana dan akses air bersih kepada anak-anak dan perempuan di NTB. Donasi ini dapat diakses melalui link yang tersedia di profil media sosial masing-masing pelari.

Kegiatan ini juga bisa diakses melalui akun Instagram @jel.tim.

Sumber