PMI Manufaktur RI Tertahan di Zona Kontraksi 4 Bulan Beruntun
Bisnis.com, JAKARTA – Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Oktober 2024 tercatat stagnan di level kontraksi sebesar 49,2 atau tidak ada perubahan dari bulan sebelumnya.
Indeks manufaktur nasional itu telah terkontraksi sejak Juli 2024 lalu di level 49,3 atau kontraksi pertama sejak 34 bulan ekspansif di atas 50, sementara pada Agustus merosot ke angka 48,9.
Dalam laporan S&P Global terbaru, operasional manufaktur Indonesia masih mengalami penurunan dari sisi produksi, permintaan baru, dan ketenagakerjaan.
Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, hal tersebut dikarenakan aktivitas pasar yang belum bergairah karena ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan klien waspada dan tidak bergerak.
“Menggambarkan kondisi pasar lambat, inflasi biaya perlahan menghilang dan tepat di bawah tren historis,” kata Paul dalam laporan terbarunya, Jumat (1/11/2024).
Kondisi pasar yang lesu membuat penumpukan pekerjaan baru turun karena perusahaan mampu menyelesaikan pekerjaan, sedangkan stok barang jadi meningkat.
Kepercayaan diri pelaku industri tentang perkiraan mendatang secara keseluruhan masih bertahan positif, meskipun turun ke posisi terendah dalam 4 bulan.
“Output dan pesanan baru turun sedikit pada bulan Oktober, memperpanjang periode penurunan saat ini yang telah berlangsung setiap bulan selama 4 bulan,” jelasnya.
Penurunan permintaan pasar terjadi di pasar domestik maupun internasional, dengan ketidakpastian geopolitik menyebabkan penurunan delapan bulan berturut-turut pada permintaan ekspor baru.
Kondisi bisnis yang lesu mendorong perusahaan mengurangi tingkat susunan staf di pabrik, rata-rata selama tiga kali dalam empat bulan terakhir. Meski ketenagakerjaan turun marginal, penumpukan pekerjaan turun selama lima bulan berturut-turut.
Perusahaan mampu menyelesaikan pekerjaan sehingga inventaris barang jadi naik karena permintaan pasar turun. Biaya input juga mengalami penurunan.
Sementara itu, inflasi biaya turun pada bulan Oktober hingga posisi terendah sejak bulan Agustus 2023. Ketika harga naik, hal ini dikaitkan tantangan panen yang menyebabkan kenaikan harga beberapa bahan pangan.
Tingkat inflasi secara keseluruhan masih besar dan mendorong perusahaan menaikkan biaya, meski hanya marginal dan pada laju di bawah rata-rata.
Terakhir, optimisme pelaku usaha terhadap masa mendatang bertahan positif karena perusahaan berharap kondisi pasar stabil dan ketidakpastian geopolitik berkurang pada bulan-bulan mendatang.
“Namun demikian, kepercayaan diri turun sejak bulan September hingga ke posisi terendah dalam 4 bulan dan di bawah rata-rata historis,” pungkasnya.