Poin-poin Penting dari Pembicaraan Prabowo dan Joe Biden

Poin-poin Penting dari Pembicaraan Prabowo dan Joe Biden

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada pertemuan yang berlangsung pada 12 November 2024 di di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat (AS), Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Joe Biden membahas sejumlah isu penting yang tidak hanya terkait dengan hubungan bilateral, tetapi juga dengan stabilitas global.

Salah satu topik utama yang menjadi sorotan adalah krisis kemanusiaan di Gaza, Palestina, serta komitmen kedua negara untuk memperkuat kerja sama dalam berbagai bidang.

Salah satu fokus utama dalam pertemuan tersebut adalah krisis di Gaza. Kedua pemimpin menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan untuk menghentikan kekerasan yang telah menyebabkan banyak korban jiwa dan penderitaan.

Menurut keterangan dari Gedung Putih, Biden dan Prabowo sepakat bahwa gencatan senjata harus dilakukan melalui beberapa langkah, termasuk pembebasan sandera, pertukaran tahanan, aliran bantuan kemanusiaan yang bebas, dan penghentian konflik.

“Presiden Biden dan Presiden Subianto menegaskan kembali seruan mendesak untuk gencatan senjata segera di Gaza melalui pembebasan sandera, pertukaran tahanan, aliran bantuan kemanusiaan yang bebas, dan diakhirinya konflik,” demikian bunyi pernyataan Gedung Putih yang dikutip dari laman resminya, Rabu (13/11/2024).

Selain itu, kedua pemimpin negara mengutuk serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur di Gaza, serta menyuarakan pentingnya pemulihan dan rekonstruksi kawasan tersebut yang memerlukan keterlibatan berkelanjutan dari komunitas internasional.

Dalam hal ini, Biden dan Prabowo menekankan komitmen mereka terhadap solusi dua negara untuk memastikan keamanan Israel dan kemerdekaan Palestina.

Selain membahas Gaza, kedua kepala negara juga membicarakan isu-isu global yang lebih luas, seperti situasi di Laut China Selatan.

“Kami juga membahas tantangan global termasuk situasi di Gaza dan Laut Cina Selatan,” ujar Biden, sebagaimana dikutip dari rilis resmi Sekretariat Presiden (Setpres), Rabu.

Pembicaraan ini menunjukkan pentingnya kerjasama kedua negara dalam menghadapi tantangan yang berdampak pada stabilitas global.

Di sisi lain, Biden juga menekankan pentingnya memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Amerika Serikat, yang menurutnya menjadi momentum untuk memperkuat kemitraan kedua negara.

"Saya bangga bahwa kemitraan antara negara kita adalah yang terkuat yang pernah ada," kata Biden.

Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin juga membahas pengembangan energi bersih dan teknologi reaktor nuklir.

Biden menyampaikan komitmennya untuk mendukung Indonesia dalam pengembangan teknologi Small Modular Reactor (SMR), sebuah reaktor nuklir kecil yang berpotensi menjadi bagian dari transisi energi bersih Indonesia.

Pemerintah AS siap mempercepat studi kelayakan SMR dan membantu Indonesia mencetak tenaga ahli nuklir melalui program sertifikasi khusus.

"Amerika Serikat berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam pengembangan teknologi SMR, termasuk mempercepat studi kelayakan yang sedang berlangsung,” kata Biden.

Ini merupakan bagian dari komitmen kedua negara untuk memperkuat kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, serta mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Dalam pertemuan tersebut, Biden dan Prabowo juga menekankan pentingnya kerja sama dalam sektor pertanian, khususnya yang terkait dengan kecerdasan buatan dan praktik pertanian berkelanjutan.

Keduanya sepakat untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia melalui peningkatan pengelolaan pertanian dan perikanan yang lebih berkelanjutan.

Selain itu, kedua pemimpin juga menegaskan pentingnya inovasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat kedua negara.

Kolaborasi dalam penelitian kecerdasan buatan untuk pertanian berkelanjutan juga menjadi salah satu fokus utama dalam upaya memperkuat ketahanan pangan.

Selanjutnya, kedua pemimpin menyatakan komitmen terhadap sistem perdagangan internasional berbasis aturan yang mendorong perdagangan bebas dan adil.

Kedua pemimpin juga berjanji untuk memajukan dialog dan konsultasi dalam menyelesaikan perselisihan WTO.

Lebih lanjut, Biden mengumumkan sejumlah program kerja sama dengan Indonesia. Antara lain Millennium Challenge Corp (MCC) Indonesia Infrastructure and Finance Compact.

Nantinya, AS dan Indonesia meluncurkan Indonesia Infrastructure and Finance Compact senilai 649 juta dollar AS. Program ini merupakan hibah berdurasi lima tahun dari AS untuk Indonesia yang berfokus pada peningkatan kuantitas dan kualitas investasi infrastruktur dan peningkatan akses terhadap pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah yang utamanya ditujukan bagi perempuan.

Selain itu, ada proyek percontohan kota cerdas infrastruktur digital di Indonesia yang bermitra dengan Autodesk, Amazon Web Services (AWS), Cisco, ESRI, Honeywell, IBM, dan Motorola.

Proyek yang bernilai 7,6 dollar AS ini akan menerapkan teknologi kota pintar yang inovatif untuk meningkatkan manajemen perkotaan, menyederhanakan tanggap darurat, dan mendukung infrastruktur berkelanjutan.

Selain isu ekonomi dan energi, Prabowo dan Biden juga membahas kerjasama militer. Di antaranya mencakup latihan bersama (latma), seperti Super Garuda Shield.

Latma ini diketahui melibatkan lebih dari 4.000 personel dari 23 negara dan bertujuan memperkuat kemampuan operasional militer, terutama dalam menghadapi tantangan keamanan yang ada di kawasan Indo-Pasifik.

Kedua negara juga berkomitmen untuk memperluas hubungan militer mereka melalui lebih dari 200 jenis aktivitas militer yang dilakukan setiap tahun.

Biden mengungkapkan bahwa program Pendidikan dan Pelatihan Militer Internasional yang dijalankan bersama Indonesia adalah yang terbesar di wilayah USINDOPACOM (Komando Pasifik Ameriksa Serikat).

Selain itu, mereka juga menekankan pentingnya kerja sama dalam menjaga keamanan maritim, termasuk dalam memerangi penangkapan ikan ilegal dan kegiatan yang dapat merusak ekosistem laut.

"Kami juga akan bekerja sama dalam memperkuat kemampuan keamanan maritim dan memerangi penangkapan ikan ilegal," demikian keterangan Gedung Putih.

Dalam kesempatan tersebut, Biden juga menyatakan dukungannya terhadap Indonesia yang berusaha bergabung dengan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

AS percaya bahwa keanggotaan Indonesia dalam OECD akan mempercepat pertumbuhan ekonomi negara tersebut dengan kebijakan yang lebih akuntabel dan kuat.

"AS berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memastikan keberhasilannya dalam menyelaraskan dengan standar dan praktik terbaik OECD," ujar Biden.

Tak lupa, kedua pemimpin negara berkomitmen untuk memperkuat kemitraan bilateral di berbagai sektor, mulai dari pertahanan, energi, hingga ekonomi.

Kedua negara juga berjanji untuk terus berkolaborasi dalam berbagai forum internasional untuk memastikan stabilitas regional dan global, seperti Dialog Keamanan AS-Indonesia ke-21 (IUSSD).

Selain itu, Prabowo dan Biden menegaskan kembali niat mereka untuk menyelenggarakan Dialog Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Pejabat Senior AS-Indonesia ke-2, serta Diskusi Pertahanan Bilateral AS dan Indonesia (USIBDD), sebelum akhir kuartal pertama tahun 2025.

Sumber