Polemik Insinerator Depok: Diprotes Warga sebab Disebut Bikin ISPA, Dipertahankan Pemerintah

Polemik Insinerator Depok: Diprotes Warga sebab Disebut Bikin ISPA, Dipertahankan Pemerintah

DEPOK, KOMPAS.com - Dua unit mesin pembakar sampah (insinerator) milik pemerintah Kota Depok yang berlokasi di Jalan Merdeka, Abadijaya, Kota Depok, ditolak warga saat baru sekitar sebulan beroperasi.

Pada Senin (23/12/2024), warga RW 06 Kelurahan Abadijaya berunjuk rasa di depan lokasi mesin tersebut.

Dalam aksi itu, warga menyebut, pemerintah tidak menginformasikan pengoperasian mesin di lingkungan mereka. 

Hal itu membuat warga terkejut dan terpaksa menghirup asap hasil pembakaran sampah setiap hari. 

“Dan juga adanya mesin ini tanpa diketahui kami sebagai warga yang terdekat tanpa ada sosialisasi dan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya,” ucap Andri, salah seorang warga sekaligus koordinator aksi, Senin.

Warga telah mengirimkan surat permohonan pemberhentian insinerator itu ke Wali Kota Depok dan Ketua Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) pada 29 November 2024. Namun, hasilnya nihil.

“Dan dampaknya pada saat mesin ini dioperasionalkan benar-benar, bagi kami sebagai warga secara kesehatan sangat-sangat terganggu karena masalah asapnya ini masuk ke rumah kami,” ungkap Andri.

Selain tak ada pemberitahuan, mesin pembakar sampah ini ditolak karena disebut menyebabkan warga mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Warga setempat bernama Mita mengatakan, anaknya yang masih balita mengalami batuk kering selama seminggu terakhir.

“Anak saya masih kecil juga sudah batuk itu semingguan lebih karena asap insinerator,” ucap Mita.

Mita bilang, sejak akhir November 2024 atau ketika mesin pembakar sampah mulai beroperasi, asap terus menerus mengepul. Selain itu, alat tersebut mengeluarkan bau layaknya kabel listrik terbakar.

“Baunya tuh kayak kabel terbakar. Kirain tuh baunya dari dalam rumah, tapi pas ngobrol sama tetangga taunya mereka juga hirup yang sama,” ungkap Mita.

Hal senada juga diucapkan Tina. Ia mengaku tidak pernah olahraga pagi lagi usai asap sampah dari insinerator menyelimuti lingkungan rumahnya.

“Saya tuh sampai sudah enggak mau jalan pagi lagi karena asap tuh enggak pernah hilang,” terang Tina.

Sepengetahuan Tina, pembakaran sampah dilakukan setiap hari selama pukul 08.00-18.00 WIB.

Meski pembakaran selesai pada sore hari, Tina menyebut asap terus bertahan semalaman dan mengganggu warga beristirahat.

Namun, aksi warga yang diakhiri dialog dengan Kepala Dinas Lingkuhan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Depok, Abdul Rahman ini seolah tidak membuahkan hasil.

DLHK mengaku akan mengevaluasi dampak penggunaan insinerator. Akan tetapi, alat tersebut akan tetap dioperasikan. 

“Nah kita memang segala kebijakan pasti ada dampaknya, tetapi prosedur (pembakaran) tetap kita lakukan,” ungkap Abra kepada wartawan di kantornya, Senin.

Menurutnya, insinerator bermanfaat mengurangi volume sampah, contohnya di lingkungan Abadijaya.

“Karena kan di TPS Merdeka (lokasi insinerator) itu timbulan sampahnya satu hari kurang lebih 12 ton. Makanya dengan mesin ini harapannya selesai (pengelolaan sampah) di situ, enggak dibuang ke TPA Cipayung lagi,” kata Abra di Kantor DLHK, Senin.

Langkah ini justru diharapkan menginspirasi warga Depok untuk mengelola sampah sebelum masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Tapi kalau tidak dilakukan, tidak berani kita mengambil langkah, sampai kapan pun permasalahan sampah kita, ya masih hanya dalam angan-angan,” ungkap Abra.

Terlebih, Abra menegaskan, insinerator yang saat ini diprotes warga sudah mengantongi sertifikasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

“Jadi mereka itu kan ada proses pengadaan barang jasanya, tentu ya melalui katalog dan mereka sudah ada register dari KLHK, Kemenkumham, dan dari Kementerian Perindustrian Perdagangan,” jelas Abra.

Meski demikian, DLHK berjanji melakukan uji kualitas udara di sekitar lokasi pengoperasian insinerator, khususnya di lingkungan Abadijaya.

“Iya (bakal penyelidikan kesehatan) dan kita uji kualitas udara, jadi sebelum itu kita sudah uji udara ambien juga di situ,” terang Abra.

Sumber